Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Menyesal Membuat Tato? Pahami Kaitannya dengan Disonansi Kognitif

Kompas.com - 06/10/2023, 10:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Ada hubungannya dengan disonansi kognitif

Lalu mengapa rasio yang sangat rendah, yaitu 25 persen orang di AS yang mengaku menyesali tato mereka?

Jawaban ini, menurut Nanay, berkaitan dengan disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah reaksi emosional terhadap konflik antara sesuatu yang kita lakukan dan citra diri.

Bayangkan kita baru saja mengambil karton susu terakhir di toko, sementara kita melihat seorang wanita tua berjalan ke arah barang tersebut.

Pikiran kita akan sangat pandai dalam menyingkirkan perasaan yang ditimbulkan oleh konflik mental seperti itu.

Baca juga: Bersifat Sementara, Apakah Tato Henna Aman untuk Kesehatan?

Kita dapat membuat diri kita percaya, misalnya, bahwa wanita itu sedang mencari yoghurt, bukan susu.

Atau kita bisa langsung memikirkan hal lain, atau memeriksa ponsel untuk mengalihkan perhatian.

"Sesuatu seperti disonansi kognitif menjelaskan mengapa kita enggan menyesali tato kita," kata Nanay.

Bahkan jika preferensi estetika kita telah berubah, mengakui pada diri sendiri bahwa kita akan selamanya memiliki tato yang sebenarnya tidak kita sukai akan menyebabkan disonansi kognitif.

Jadi, cara kita untuk menghilangkan perasaan negatif ini adalah dengan tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa tato tersebut bagus dan luar biasa.

"Hubungan antara penolakan terhadap penyesalan tato dan disonansi kognitif ini jelas penting untuk memahami sikap kita terhadap tato," sebut dia.

Namun, tak kalah penting untuk memahami berbagai aspek disonansi kognitif tadi.

Kuesioner berskala besar tentang penyesalan tato di AS memiliki banyak temuan yang secara langsung terkait dengan konsep disonansi kognitif.

Baca juga: Punya Kumis dan Tato, Bocah 12 Tahun Bikin Heboh di Instagram

Sebagai contoh, survei tersebut menemukan bahwa wanita secara signifikan lebih mungkin untuk menyesali tato mereka daripada pria.

Perbedaan ini tidak dijelaskan oleh perbedaan dalam kehidupan emosional atau preferensi estetika.

Perbedaan ini lebih berdasar pada fakta bahwa pria jauh lebih mungkin untuk melakukan apa pun yang mereka bisa, demi menghilangkan disonansi kognitif.

"Penyesalan tato, dengan demikian, dapat menjadi jalan yang cepat dan mudah untuk kita mempelajari salah satu fenomena mental yang paling sulit dipahami ini," sebut Nanay.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com