KOMPAS.com - Saat ini, mulai banyak masyarakat yang beralih menggunakan vape atau rokok elektronik sebagai alternatif rokok tradisional.
Sebagian orang menganggap, peralihan itu menawarkan harapan dapat menurunkan risiko kesehatan termasuk kanker paru-paru.
Padahal, berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaping atau vape tetap berbahaya bagi kesehatan dan tidak bisa dianggap alternatif yang lebih sehat daripada rokok biasa.
Vaping juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan paru-paru seperti infark miokard, asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dalam jangka pendek, iritasi atau cedera pada mulut, tenggorokan dan paru-paru, serta sakit kepala.
Meski pada efek jangka panjang pada kesehatan dampak vape masih belum diketahui secara ilmiah, Dr Chin Tan Min, Konsultan Senior, Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) mengatakan, vape tetap mengandung nikotin, bahan kimia yang sangat adiktif yang juga terdapat pada rokok tradisional.
"Saat dihirup, nikotin dengan cepat memasuki aliran darah dan mengaktifkan reaksi kimia di otak yang merangsang perasaan senang sementara yang dapat menyebabkan kecanduan."
Demikian kata Dr Chin dalam keterangan persnya kepada Kompas.com.
Baca juga: Perokok Rentan Terkena Kanker Paru Sel Kecil, Lebih Berbahaya?
Mengingat akan hal itu, benarkah vaping tidak meningkatkan risiko seseorang terpapar kanker paru-paru?
Menurut Dr. Chin, saat ini memang belum ada bukti vaping secara langsung menyebabkan kanker paru-paru.
Pasalnya, sebagian besar pengguna vape adalah perokok aktif atau mantan perokok, sehingga sulit secara akurat menentukan apakah ada efek pada kesehatan yang disebabkan oleh vaping, rokok, atau keduanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.