"Dari sejak pengembangan hingga jadi produk menghabiskan waktu 2 tahun. Uji cobanya lewat berbagai hal, mulai dari menjatuhkan jam tangan dari lantai 3, mencelupkan ke dalam mangkuk berisi air dan lumpur, dan melindas jam tangan di dalam lumpur," ujar Ibe dalam kesempatan wawancara dengan Kompas.com di tahun 2010.
"Waktu saya memulai riset G-Shock, trennya adalah zaman jam tipis sehingga saya terpaksa melakukan riset di tempat tersembunyi. Saya mencoba menjatuhkan jam tangan dari jendela toilet di lantai 3, bolak-balik dan naik-turun. Kaki saya jadi kuat sehingga saya sekarang jago lari," ujarnya saat itu.
View this post on Instagram
Adapun tempat rahasia yang dimaksud Ibe berada di Hamura. Kini, gedung di Hamura itu dikenal sebagai pusat riset dan pengembangan G-Shock di Jepang. Lokasinya sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kota Tokyo.
"Memang bagian paling sulit adalah menemukan anti-shock untuk pertama kalinya. Sangat sulit menemukan teknologi supaya jam tidak mudah rusak karena selama ini yang kita tahu, jam tangan itu ringkih. Jadi, menemukan jam tangan yang tahan banting sangat sulit," paparnya.
"Dulu, kepala saya seperti mau pecah, ratusan kali percobaan yang saya lakukan gagal, dan gagal lagi. Saya bahkan hampir menyerah dan berniat mengundurkan diri dari proyek ini."
Ibe akhirnya memberi waktu seminggu pada dirinya sendiri untuk memecahkan masalah tersebut. Jika tidak berhasil, ia akan mengundurkan diri.
Di hari terakhir, saat ia berjalan kaki menuju kantornya, Ibe melewati taman dan melihat anak-anak bermain dengan bola karet.
Bola tersebut memberinya gagasan untuk membuat casing yang memiliki ruang kosong di bagian dalamnya, seperti sebuah bola, sehingga saat terbentur, bagian dalamnya tidak mengalami goncangan berarti.
"Itu adalah saat yang ajaib bagi saya," papar Ibe dalam videonya.
Setelah keberhasilan tersebut, G-Shock pertama lahir tahun 1983, diikuti berbagai seri lainnya yang saat ini sudah mencapai ribuan model.
Seperti video-video sebelumnya, video "Dear Younger Me" yang diputar di ruang konferensi pers di Bali juga ditutup dengan pesan Ibe agar kita jangan menyerah dalam menghadapi masalah. "Never, never, never give up," ujarnya.
Begitu video selesai, dari balik tirai, seseorang muncul. Ia berjalan memunggungi kami dengan wajah yang ditutupi topeng kertas.
Baju model jumputan yang dikenakannya terlihat kebesaran, dibandingkan tubuh kecilnya. Saya segera mengenali baju itu, baju yang dipakai Ibe saat bertemu di toilet.
Sesampai di tengah ruangan, pria itu berbalik, dan membuka topeng bergambar dirinya waktu masih muda, mengungkapkan wajah Ibe saat ini, dengan kacamata bulat dan senyum mengembang.
Kami pun bertepuk tangan, dan antusias mendengarkan apa yang dikatakan penemu G-Shock itu.
Sekali lagi Ibe menceritakan kisahnya agar jangan menyerah. Ia seolah mendefiniskan kembali apa arti tangguh.
"Ketangguhan G-Shock bukan hanya soal jam tangannya yang tahan banting, namun juga proses pembuatannya yang tidak kenal menyerah walau sangat sulit," ujar Ibe.
"Pesan inilah yang ingin kita sampaikan pada ulang tahun ke 40 ini. Wajar bila kita nyaris putus asa, namun jangan pernah, jangan pernah menyerah," ujarnya.
Ibe lalu memanggil seorang relawan perempuan untuk maju. Ia menantang untuk melemparkan jam tangan G-Shock-nya. Awalnya tidak ada yang mengacungkan tangan karena beberapa dari kami ragu jam tangan siapa yang mau dilempar?
Namun ada yang menjawab tantangan dengan melemparkan jam tangannya ke depan.
Melihat hal itu, Kikuo Ibe segera berkata: "No, no, bukan jam tangan kamu, tapi jam tangan saya saja yang dilempar."