"Saya adalah seorang penyandang cacat fisik. Selalu ada perjuangan unik yang dihadapi setiap hari," lanjutnya.
Gelgi sudah mencapai usia yang matang untuk menjalin hubungan. Dia merasa sangat kesulitan mencari pasangan yang sepadan.
Namun, dia tetap bisa menemukan cinta yang diidamkan dan didapatkan dari orang-orang yang menghargai dirinya dan keluarganya.
Pola pikir itu pun sudah tertanam sejak Gelgi menginjak usia remaja.
Di luar kehidupan percintaannya, Rumeysa Gelgi bersyukur segala kebutuhannya bisa terpenuhi.
Dia pun sempat menjabat sebagai peneliti, advokasi, hingga pengembangan digital (front end) yang kini bekerja untuk perusahaan edX.
Kehidupan profesionalnya juga disibukkan sebagai aktivis untuk mengadvokasi sindrom Waver.
Saat ini, Gelgi tinggal di California dan terjun ke industri teknologi sebagai front end developer.
Dia sangat percaya bahwa apa yang digelutinya itu pun dapat memberikan dampak positif bagi dirinya. Dia banyak bercerita kepada orang-orang tentang hal buruk yang dilalui untuk diubah menjadi perspektif yang positif.
"Dengan sindrom Weaver ini, saya ingin membuat lebih banyak orang menyadarinya," kata Gelgi.
Di media sosial pun dia terus menginspirasi para pengikutnya untuk menyebarkan semangat positif dari kesulitan yang pernah dia rasakan.
Baca juga: Punya Tinggi Badan 2,15 Meter, Ini Wanita Tertinggi di Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.