Berikut sejumlah alasan yang melatarbelakangi pemuda menunda ikatan pernikahan, diolah BPS dari sejumlah penelitian terdahulu.
Pemuda semakin memahami pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Pemuda dengan tingkat pendidikan lebih tinggi berpeluang lebih besar menunda pernikahan.
“Perempuan berpendidikan memiliki peluang lebih besar daripada perempuan tidak berpendidikan untuk menunda perkawinan sampai dengan umur 18 tahun dan hamil hingga umur 20 tahun,” bunyi laporan BPS tersebut.
Rata-rata usia menikah pertama bagi pemuda yang tinggal di perkotaan, lebih tinggi dibandingkan pemuda yang tinggal di desa.
Adapun, struktur pekerjaan pemuda dibagi menjadi sektor formal dan informal. Pekerja formal masih dinilai sebagai status pekerjaan yang layak dengan tingkat upah yang lebih besar dan risiko pemberhentian kerja yang kecil.
Lebih dari separuh pemuda bekerja pada sektor formal (55,66 persen). Sedangkan sisanya sebesar 44,34 persen pemuda bekerja pada sektor informal.
Lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor jasa (56,46 persen).
Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi, maka pemuda mendapatkan akses lebih banyak ke media massa, sehingga mendapatkan informasi tentang pernikahan.
Data BPS mengungkapkan, terdapat 96,28 persen pemuda menggunakan handphone selama tiga bulan terakhir.
Selain itu, terdapat pula sekitar 24,11 persen pemuda yang menggunakan komputer dan 94,16 persen pemuda menggunakan internet selama tiga bulan terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram