Masih berhubungan dengan poin nomor dua, orangtua dilarang membentak anak saat marah. Sebab, membentak anak berdampak buruk pada mental mereka.
Samanta menjelaskan, bentakan orangtua dapat mengganggu perkembangan otak, sehingga berdampak buruk, salah satunya menimbulkan trauma.
“Neurons atau neurotransmitter di otak anak bisa jadi terganggu dan berakibat membuat anak jadi trauma, sehingga perkembangan mental anak bisa jadi terganggu,” jelasnya.
Efek negatif membentak anak lainnya yakni anak menjadi kurang percaya diri, mudah cemas, mudah marah, tidak pandai meregulasi emosi, hingga depresi.
Baca juga:
American Academy of Pediatrics (AAP) sangat menyarankan orangtua tidak melakukan kekerasan fisik saat marah kepada anak, dilansir dari Psychology Today.
Ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa kekerasan fisik orangtua kepada anak untuk melampiaskan amarah, berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak sepanjang hidupnya.
Jadi, kemarahan orangtua yang disalurkan dalam bentuk kekerasan, baik verbal maupun fisik, sangat tidak dianjurkan bagi anak-anak.
Saat marah, sebagian orangtua mengeluarkan ancaman agar anak melakukan perintahnya. Sayangnya, dilansir dari Psychology Today, ancaman tersebut tidak akan efektif.
Sebab, ancaman hanya efektif jika orangtua dapat menepatinya. Padahal, kecil kemungkinan bagi orangtua untuk merealisasikan ancaman yang dilontarkan dalam kondisi penuh amarah.
Jika ancaman tersebut tidak terlaksana, justru menjadi bumerang bagi orangtua lantaran dapat melemahkan otoritasnya. Kondisi tersebut juga akan memperkecil kemungkinan anak mengikuti aturan di lain waktu, meskipun dengan ancaman serupa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.