Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2024, 11:21 WIB
Nabilla Ramadhian,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Air susu ibu (ASI) menawarkan beragam manfaat untuk bayi, termasuk melindungi mereka dari alergi.

Tidak hanya itu, ASI juga memiliki zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang dan kecerdasannya.

Jadi, tidak heran ada banyak ibu yang ingin memberikan ASI eksklusif kepada sang buah hati.

Bidan Ony Christy mengungkapkan, ternyata ada cara meningkatkan produksi ASI.

"Langkah pertama adalah dengan rajin menyusui," kata dia dalam acara Philips Avent di InterContinental Jakarta Pondok Indah, Jakarta, Sabtu (1/6/2024).

Produksi ASI terjadi berdasarkan "supply and demand". Semakin banyak permintaan dari bayi, tubuh seorang ibu membacanya sebagai pemenuhan kebutuhan ASI.

Oleh karena itu, jika ibu tidak pernah memerah ASI atau selalu menomor duakan kegiatan tersebut, produksi ASI menjadi tidak konsisten.

Baca juga: 5 Resep Untuk Meningkatkan Produksi ASI

Begitu pula dengan membiarkan bayi tidur tanpa membangunkannya, padahal sudah waktunya bagi anak diberi ASI.

"Sehingga, tubuh membacanya tidak ada demand. Otomatis tubuh menurunkan produksi ASI," ujar Ony.

Dalam produksi ASI, ada dua hormon yang bekerja, yaitu prolaktin dan oksitosin.

Hormon prolaktin bertugas untuk memproduksi ASI, sementara oksitosin memengaruhi kelancaran ASI. Keduanya berkaitan satu sama lain.

Menurut Ony, ada hal positif dalam penurunan produksi ASI, terutama bagi ibu yang jarang memerah atau menyusui anaknya.

"Kalau payudara penuh bisa bermasalah. Menyebabkan mastitis dan lain-lain," kata dia.

Akan tetapi, ibu tetap dianjurkan untuk rajin memerah ASI atau menyusui anaknya.

Jika jarang menyusui, setidaknya rajin memerah atau pumping. Pumping pun harus konsisten.

"Jangan setiap dua jam sekali, lalu berikutnya empat jam sekali, jadinya tidak konsisten," tegas Ony.

Jika jarang pumping dan menyusui anak, tubuh ibu akan membacanya sebagai ASI sudah tidak dibutuhkan lagi.

Walhasil, produksi hormon prolaktin dan oksitosin menurun. Pada akhirnya, ASI tidak keluar lagi.

Baca juga: Benarkah Pakai Kontrasepsi Mengganggu Produksi ASI?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com