Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2024, 19:58 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Beberapa anak punya kecenderungan untuk mengamuk bila keinginannya tidak dipenuhi. Mungkin mereka menangis keras-keras dan melempar barang-barang di mini market, atau mungkin membanting kursi dan berteriak karena mereka melihat anak lain mendapatkan hadiah di pesta ulang tahun dan bukan mereka.

Beberapa orangtua harus menghadapi tantrum pada balita lebih sering dibanding orangtua lain. Amarah anak seperti ini sering terjadi antara usia 1 dan 4 tahun, dan meskipun amukan ini menjadi pengalaman kurang menyenangkan bagi balita, tapi bisa lebih meresahkan bagi orang tua dan pengasuhnya.

Amukan dapat mencakup perilaku berikut:

  • Memaki
  • Berteriak.
  • Menangis.
  • Menggigit
  • Memukul.

Meskipun fase ini tidak berlangsung selamanya, terkadang masa ini terasa seperti tidak akan pernah berakhir. Sementara itu, ada baiknya orangtua mempunyai beberapa strategi untuk menangani perilaku tantrum balita seperti itu.

Baca juga: Ciri-ciri Tantrum pada Anak yang Perlu Diketahui, Apa Saja?

Dokter Anak Svetlana Pomeranets, MD, berbagi cara mengatasi tantrum pada balita dan kapan saatnya mencari bantuan.

Strategi mengatasi tantrum balita

Masa balita adalah masa pertumbuhan yang pesat – secara fisik, mental dan sosial. Pada masa ini, sebagian besar balita mengembangkan rasa percaya diri dan mulai ingin melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

“Ketika keinginan balita untuk melakukan sesuatu tidak sejalan dengan kemampuannya, sering kali timbul rasa frustrasi,” kata Dr. Pomeranets. “Yang lebih parah lagi, balita biasanya tidak memiliki kemampuan bahasa untuk meminta bantuan jika keadaan tidak berjalan lancar.”

Kesenjangan antara keinginan dan kemampuan ini dapat menimbulkan rasa frustasi, perilaku nakal dan tantrum. Dr Pomeranets menawarkan tips cara menangani tantrum balita.

1. Alihkan fokus balita 

Akan sangat membantu bila kita bisa mengalihkan perhatian anak dengan mengubah topik atau memusatkan perhatiannya pada hal lain. Namun jika Anda tidak dapat mengalihkan perhatiannya sebelum dia mengamuk, biarkan saja.

“Mencoba mengatasi pemicunya di tengah amukan hanya akan membuatnya bertahan lebih lama,” kata Dr. Pomeranets. “Menawarkan pilihan atau bertanya, 'Mengapa kamu bersikap seperti ini?' dapat membuat kemarahan semakin besar, seperti menyalakan api yang membara.”

Mencoba mendiskusikan perasaan anak di saat yang panas dapat memperkuat perilaku negatifnya. Ketika anak  berperilaku buruk, Anda biasanya tergoda untuk menjelaskan mengapa perilaku tersebut tidak baik. 

Daripada memberikan penjelasan panjang lebar – yang mungkin sulit dipahami oleh anak – cobalah untuk mengalihkan perhatian anak Anda baik secara verbal atau fisik untuk membantunya fokus pada hal lain.

2. Tetap tenang

Meski tidak mudah, namun berusahalah untuk bersabar saat balita tantrum.

“Menawarkan kehadiran fisik yang menenangkan, tanpa berbicara, dapat memberikan manfaat yang besar,” Dr. Pomeranets menyemangati. “Meletakkan tangan Anda dengan lembut di bahu atau punggung anak bisa sangat membantu.”

Tentu saja, Anda tidak bisa mengabaikan perilaku melempar, menendang, memukul, atau lainnya. Pastikan anak memahami bahwa Anda tidak akan mentolerir perilaku ini dan apa yang mereka lakukan menyakitkan. Tapi histeria orang dewasa hanya menambah masalah dan berteriak pada anak sama sia-sianya dengan berbicara.

Konsistensi adalah kuncinya. Di rumah, yang terbaik adalah membiarkan anak mengatasi amukannya. Akan sangat memalukan jika anak mudah marah di depan umum dan membuat Anda lebih sulit untuk tetap tenang.

Jika ini terjadi, segera keluarkan anak Anda dari situasi tersebut. Tarik napas dalam-dalam, tanggapi dengan tenang dan jangan menyerah pada tuntutannya.

Baca juga: 6 Kesalahan Orangtua Saat Mengatasi Anak Tantrum 

3. Jangan menyerah

Anda mungkin tergoda untuk menyerah begitu saja dan membiarkan anak melakukan apa yang diinginkannya, karena Anda ingin segera keluar dari masalah itu. Nmun sebaiknya jangan menyerah.

“Anda tidak boleh menyerah hanya untuk menghentikan kemarahannya,” kata Dr. Pomeranets. “Itu akan mengirimkan pesan yang salah.”

Jika Anda menyerah ketika anak Anda mengamuk tentang permen/mainan/apa pun yang mereka inginkan, hal itu akan membuat anak berperilaku yang sama di lain waktu untuk mendapat apa yang dia inginkan. 

“Saat Anda mengatakan 'tidak', itu harus mutlak dan tidak lembut,” saran Dr. Pomeranets. “Jangan berubah pikiran hanya untuk mengakhiri amukan yang sepertinya tidak pernah berakhir. Ini akan memberi sinyal kepada balita Anda bahwa mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

4. Bicarakan tentang emosi mereka

Setelah amukannya selesai, Anda harus berbicara dengan balita Anda tentang perilaku dan emosinya. Memberi mereka kata-kata untuk menggambarkan perasaan mereka dapat membantu: "Saya mengerti kamu marah atau kesal."

Akan bermanfaat untuk membicarakan cara-cara lain agar anak bisa menyuarakan atau membagikan perasaan mereka. Namun hal terbesarnya adalah menunjukkan empati dan menunjukkan bahwa Anda memahami perasaan mereka.

Baca juga: Ketahui, 5 Tanda Tantrum pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Mencegah tantrum

Mengetahui cara menghadapi saat anak sedang mengalami tantrum adalah hal yang baik. Namun adakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah tantrum?

Dr. Pomeranets mengatakan melakukan hal-hal berikut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kemarahan:

Identifikasi pemicunya. Mengenali situasi pemicu akan memungkinkan Anda mengarahkan anak dengan pilihan-pilihan sebelum amukan terjadi. Misalnya, bicarakan dengan anak tentang potensi pemicunya sebelum memasuki toko. 

Beri tahu anak bahwa mereka tidak diperbolehkan membeli permen, tetapi jika mereka bersikap baik, maka mereka dapat menikmati camilan setelahnya.

Bersikaplah konsisten. Menepati jadwal dan memiliki rutinitas bisa menjadi penyelamat, terutama saat makan dan tidur siang. Rencanakan tamasya pada saat anak tidak lapar, dan untuk perjalanan jauh, siapkan makanan ringan dan minuman sehat agar anak memiliki sesuatu untuk dimakan, jika diperlukan. 

Cobalah untuk merencanakan tamasya atau permainan di sekitar waktu tidur siang ketika anak cenderung tidak merasa mudah tersinggung.

Biarkan mereka memilih. Memberi balita pilihan dan membiarkan mereka mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dapat membantunya merasa memegang kendali. Misalnya, biarkan mereka memilih di antara dua makanan ringan atau memutuskan di antara dua pakaian berbeda yang akan dikenakan.

Hilangkan kebosanan. Terkadang, semuanya berawal pada kebosanan. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa anak Anda bosan? Sembuhkan dengan memikirkan beberapa aktivitas out-of-the-box. 

“Daripada mengomel pada anak yang bertingkah karena bosan, cobalah mencari cara yang kreatif dan dapat diterima secara sosial untuk membuat mereka sibuk,” saran Dr. Pomeranets.

Bicara bila akan ada perubahan. Seringkali, balita Atidak siap menghadapi perubahan, seperti bepergian, hingga perubahan yang lebih besar seperti menyambut saudara baru. Yang terbaik adalah mempersiapkan mereka terlebih dahulu atau pemberitahuan bahwa perubahan akan segera terjadi sehingga mereka merasa siap.

Fokus pada kebutuhan mereka. Kurang tidur dan/atau pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan mudah tersinggung, yang dapat berujung pada tantrum. Jika Anda mendapati waktu tidur atau nutrisi mereka kurang, ada baiknya mengembalikannya ke jalur yang benar.

Baca juga: Kapan Masa Tantrum pada Anak Berakhir?

Kapan harus mencari bantuan

Tantrum bisa berlangsung hingga 15 menit dan bisa terjadi hingga tiga kali sehari. Orang tua biasanya menjadi sasarannya. Selebihnya, Anda dapat mengharapkan balita untuk bertindak sesuai usianya, belajar, berbicara, dan berinteraksi secara normal dengan anak-anak lain.

Kabar baiknya adalah pada usia 4 tahun, amarah anak akan berkurang secara signifikan.

“Namun, ada 'tantrum yang normal' dan ada 'tantrum yang bermasalah',” kata Dr. Pomeranets. “Seorang balita tidak boleh menyerang orang lain atau melukai dirinya sendiri saat mengamuk.”

““Jika Anda khawatir anak Anda akan mengalami masalah tantrum, mintalah bantuan dokter. Mereka akan mengevaluasi anak Anda dan menawarkan bimbingan serta dukungan.”

Baca juga: Ketahui, 5 Tanda Tantrum pada Anak yang Perlu Diwaspadai

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com