Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDKT ala Gen Z, Lebih Suka Langsung Ketemuan atau Lewat Chat?

Kompas.com, 15 Desember 2024, 21:30 WIB
Rebecca Rosevanya Johanna Rudiansyah,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan zaman telah mengubah cara orang berinteraksi, termasuk Generasi Z atau Gen Z (kelahiran 1997-2012) yang lahir di tengah kemajuan digital.

Ini juga mempengaruhi dalam hal pendekatan romantis atau pendekatan alias PDKT para gen Z, di mana komunikasi banyak dilakjkan melalui media sosial.

Baca juga: Alasan Para Gen Z Masih Andalkan Aplikasi Kencan buat Cari Pasangan

Meski begitu, masih ada beberapa di antaranya yang lebih memilih cara yang berani dan natural ketika ingin mendekati seseorang, yaitu bertemu langsung.

Memang, setiap orang punya preferensi berbeda. Namun, bagaimana PDKT ala Gen Z?

PDKT ala Gen Z

Menurut Alan dan Sam (22 tahun), mereka lebih suka menjalin PDKT secara virtual.

Hal itu mereka lakukan untuk mengenal lebih dulu orang yang baru dikenalnya sebelum bertemu langsung.

“Alu ingin tahu orangnya bagaimana sebelum diajak ketemuan,” ujar Sam kepada Kompas.com di Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (14/12/2024).

Baca juga: Beragam Alasan Para Gen Z Ogah Pakai Aplikasi Kencan

Durasi perkenalan secara virtual atau lewat chat relatif. Menurut Alan, biasanya waktunya berkisar satu sampai dua bulan hingga cukup mengenal figur yang baru tersebut.

Hal senada dilakukan NJ (22 tahun). Namun, pada beberapa kasus, ia langsung mengajak bertemu langsung jika sudah merasa cocok.

“Kalau chat-an dan teleponan dalam sehari doang sudah nyaman, jadi penasaran dan ingin langsung jalan. Kebetulan juga momennya lagi pas, sama-sama bisa jalan,” katanya.

Ada pula AK (20 tahun), yang juga langsung mengajak kenalan barunya bertemu langsung jika merasa sudah cocok meski baru saja berbincang.

“Ada yang baru kenalan langsung gue ajak jalan. Jadi kami match di jam 10 dan jalan di jam 12,” ujarnya.

Mahasiswa, Sam (kiri) dan Alan (kanan) di Blok M, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/12/2024).Kompas.com/Rebecca Rosevanya Mahasiswa, Sam (kiri) dan Alan (kanan) di Blok M, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/12/2024).

Cari kecocokan hobi hingga nongkrong di kafe

Ketika bertemu, dalam proses pendekatan mereka melakukan beragam kegiatan.

Alan, misalnya, mencari kesamaan hobi atau ketertarikan dengan orang yang baru dikenalnya itu.

“Kalau enggak punya hobi (yang sama), bisa dari games karena semua games sifatnya menyenangkan,” ujar Alan.

Jalan-jalan atau sekadar nongkrong di suatu tempat juga menjadi opsi lainnya.

Baca juga: Ingin Ketemu Jodoh Lewat Aplikasi Kencan? Simak 8 Tips Ini

Bagi Sam, misalnya, nongkrong di kafe lebih menarik daripada mengajak nonton bioskop karena bisa berbincang cukup lama.

“Kalau ke bioskop kan biasanya cuma nonton, akhirnya enggak banyak interaksi. Jadi aku cari tempat di mana kita bisa mengobrol lama, misalnya kafe,” tambah Sam.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau