Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Beberapa anak menunjukkan kebutuhan perhatian melalui keluhan fisik seperti sakit perut, sakit kepala, atau tidak nafsu makan.
“Beberapa anak menunjukkan keluhan fisik ketika mereka menginginkan perhatian,” kata Serle.
Baca juga: Selvi Ananda Ingatkan Orangtua: Jangan Bandingkan Anak, Setiap Anak Punya Bakatnya
Anak yang sebelumnya mandiri bisa kembali meminta bantuan untuk memakai baju atau kembali sering terbangun pada malam hari. Perilaku regresif ini sering kali merupakan sinyal bahwa mereka membutuhkan kedekatan ekstra.
Jika anak terus mengulang perilaku buruk meski sudah ditegur, itu bisa jadi cara mereka mencari interaksi.
Groben menjelaskan, “karena perhatian negatif lebih baik daripada tidak diperhatikan sama sekali. Mereka belajar bahwa ‘Kalau aku memukul kakakku, ibu bicara padaku.’”
Baca juga: Anak Ditegur di Sekolah, Perlukah Orangtua Ikut Memarahi di Rumah? Ini Kata Psikolog
Jika anak tiba-tiba selalu ingin bersama anda dan sulit dilepaskan, ini bisa menjadi tanda jelas bahwa mereka membutuhkan perhatian lebih.
Serle mencatat bahwa kebutuhan untuk selalu dekat adalah sinyal umum bahwa mereka sedang haus perhatian.
Legere menyarankan rutinitas check-in singkat namun konsisten. Tidak perlu momen besar, lewat kegiatan kecil misalnya menemani anak makan bersama, ikut dalam aktivitas kecil yang mereka suka, atau mengajak mereka ikut berbelanja sudah dapat memenuhi kebutuhan koneksi anak.
Baca juga: Beda Reaksi Alergi Ringan dan Berat pada Anak Menurut Dokter, Orangtua Wajib Tahu
Groben menyarankan memberi pujian spesifik ketika anak melakukan hal baik. Contohnya, “Ibu suka sekali kamu mendorong kursinya dengan hati-hati.”
Anak sangat peka ketika orangtua lebih fokus ke ponsel. Legere mengatakan, meluangkan waktu tanpa distraksi elektronik membuat anak merasa dilihat dan didengar.
“Manfaatkan waktu ini untuk mengenal mereka lebih baik dan tunjukkan bahwa anda ada di sini, hadir, dan selalu siap mendukung mereka," sarannya.
Baca juga: 8 Kalimat Orangtua yang Bikin Mental Anak Kuat dan Percaya Diri
Allovio mengingatkan agar orangtua tidak menghukum anak ketika mereka meluapkan emosinya secara penuh.
“Menyuruh anak ke kamar atau memberikan gawai mungkin menenangkan sesaat, tetapi tidak memberi mereka cara untuk menghadapi emosi di lain waktu,” katanya.
Sebaliknya, pastikan orangtua tenang sebelum menghampiri anak. Sampaikan apa yang sedang terjadi, misalnya, “Kamu banyak menangis dan suaramu keras. Ibu bisa lihat kamu sedang sangat marah.” Setelah itu, bantu mereka bernapas dan dengarkan perasaannya.
Untuk anak yang lebih besar, Legere menekankan pentingnya menghargai batasan.
“Menggeledah barang mereka bisa merusak kepercayaan dan membuat mereka makin tertutup,” ujarnya.
Baca juga: Tips Orangtua untuk Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak, tapi Tetap Aman
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang