KOMPAS.com - Setiap tanggal 25 Desember, umat Kristiani merayakan hari raya Natal untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus.
Perayaan hari Natal juga identik dengan tradisi saling bertukar kado bersama teman, keluarga, maupun orang-orang terdekat lainnya.
Meski tradisi ini sudah semakin modern seiring berjalannya waktu, namun sejarah bertukar kado ternyata sudah ada sejak zaman dulu, lebih tepatnya pada zaman Romawi.
Baca juga: Tukar Kado Natal Mewah dengan Bujet di Bawah Rp 1 Juta, Bisa?
Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut penjelasan mengenai sejarah tradisi bertukar hadiah di hari Natal dari dulu hingga sekarang yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Memberi hadiah awalnya dimulai saat festival Saturnalia yang dilakukan oleh bangsa Romawi untuk penyembahan dewa Saturnus.
Bangsa Romawi biasanya memberikan berbagai hadiah sederhana pada festival yang berlangsung tanggal 17-23 Desember tersebut.
Sampai akhirnya, pada awal abad ke-4 M, kebiasaan bangsa Romawi dalam memberi hadiah dikaitkan dengan orang Majus dalam Alkitab yang juga memberikan hadiah kepada bayi Yesus.
Baca juga: 8 Tradisi Natal Unik dari Seluruh Dunia, Tak Hanya Tukar Kado
Ada pun orang Majus itu memberikan hadiah emas, kemenyan, dan mur kepada Yesus pada tanggal 6 Januari, yang sekarang dirayakan sebagai hari raya Epifani, atau disebut sebagai Hari Tiga Raja.
Para penulis di abad ke-4 M, seperti Egeria dan Ammianus Marcellinus, pun menggambarkan peristiwa tersebut sebagai inspirasi tradisi bertukar hadiah di hari Natal.
Dalam sejarah tradisi memberikan hadiah di hari Natal, kisah mengenai sosok Sinterklas atau Santau Claus mungkin menjadi yang paling terkenal.
Sebab, Sinterklas diketahui sebagai sosok yang sering memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi dari rumah ke rumah.
Pada abad ke-13, banyak biarawati Prancis yang membuat dan memberikan hadiah kepada yang membutuhkan pada malam St. Nicholas.
Namun pada abad ke-18, pemberian hadiah menjadi tradisi utama dari perayaan Natal.
Baca juga: Santa Claus dan Sinterklas Ternyata Tidak Sama, ini 5 Bedanya
Berlanjut ke era Victoria (1837-1901), orang-orang mulai membawa kehangatan dan semangat pada hari Natal dengan membuat perayaan ini lebih banyak tentang keluarga.