Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa Intermiten dan Defisit Kalori, Mana Paling Efektif Turunkan Berat Badan?

Kompas.com - 12/07/2023, 19:24 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Health

KOMPAS.com - Puasa intermiten dan defisit kalori menjadi dua jenis diet yang cukup populer di masyarakat dalam menurunkan berat badan.

Beberapa orang berpendapat bahwa membatasi makan pada waktu tertentu dalam sehari (puasa intermiten) secara alami berdampak pada penurunan berat badan secara alami.

Sementara yang lain percaya memantau dan memangkas kalori dengan mengurangi jumlah kalorinya secara bertahap adalah cara yang lebih efektif.

Lantas dari kedua diet itu, mana yang lebih efektif dalam menurunkan berat badan?

Baca juga: Risiko Kesehatan di Balik Diet Rendah Karbohidrat 

Perbandingan diet puasa intermiten dan defisit kalori

Ilustrasi menghitung jumlah kaloriFreepik/rawpixel.com Ilustrasi menghitung jumlah kalori

Shuhao Lin, MS, RDN, peneliti studi dan ahli gizi terdaftar di University of Illinois Chicago bersama rekan-rekannya merekrut 90 orang dewasa yang mengalami obesitas.

Peserta yang ikut berpartisipasi dalam riset ini usia rata-rata 40 tahun, 33 persen berkulit hitam, dan 46 persen orang Hispanik.

Para peneliti kemudian membagi peserta menjadi tiga kelompok yang mana satu kelompok hanya bisa makan antara siang hingga pukul 20:00, satu kelompok membatasi asupan kalori harian mereka sebesar 25 persen, dan yang lain tidak melakukan perubahan pola makan.

Setelah 12 bulan, mereka yang melakukan puasa intermiten dan defisit kalori melaporkan hasil penurunan berat badan yang sangat mirip.

"Dalam penelitian kami, ditemukan bahwa dengan mempersingkat waktu makan menjadi delapan jam, orang mengurangi jumlah asupan kalori yang sama dengan memangkas kalori sekitar 400 kkal per hari pada kedua kelompok,” kata Lin, seperti dilansir Health.

Kedua kelompok yang melakukan diet melaporkan penurunan berat badan sekitar 5 persen dari berat badan awal mereka.

Meskipun puasa intermiten dan defisit kalori dapat mencapai penurunan berat badan, hal yang sama tidak berlaku bagi beberapa orang dengan sejumlah kondisi kesehatan tertentu.

Misalnya orang dengan kadar gula darah tinggi yang melakukan puasa intermiten.

Orang-orang dalam kelompok ini merasakan dampak positifnya ketika membatasi waktu makan 8 jam dapat membuat peningkatan sensitivitas insulin. Kondisi itu berarti tubuh mereka menjadi lebih baik dalam mengatur gula darah.

Baca juga: Puasa Intermiten Bisa Obati Diabetes Tipe 2, Benarkah? 

Puasa intermiten: manfaat bagi tubuh dan cara melakukannya.Shutterstock/Chinnapong Puasa intermiten: manfaat bagi tubuh dan cara melakukannya.

Namun, Lin mengatakan mungkin diet yang satu ini juga dapat berdampak buruk pada sensitivitas insulin pada sebagian orang.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com