Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Mengenal Gangguan Kepribadian Antisosial pada Anak

Kompas.com - 18/07/2023, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Masa tumbuh kembang anak sangat penting untuk membentuk kepribadian mereka saat dewasa. Namun, beberapa anak memiliki masa pertumbuhan dan pengasuhan yang kurang sesuai sehingga menyebabkan gangguan kondisi.

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah gangguan kepribadian antisosial. Mengutip Everyday Health, gangguan kepribadian ini adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan kurangnya empati dan pengabaian terhadap orang lain.

Hal ini pun diperlihatkan melalui tokoh Bebo, raksasa yang suka hewan. Dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode “Dongeng Raksasa yang Tidak Peduli” dengan tautan dik.si/DopingRaksasa, Bebo justru menelantarkan hewan-hewan peliharaannya.

Bahaya Gangguan Kepribadian Sosial pada Anak

Gejala gangguan kepribadian antisosial dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja. Akan tetapi, ketika anak-anak menunjukkan tanda-tanda perilaku antisosial, mereka justru didiagnosis dengan gangguan perilaku saja. Padahal, keduanya berbeda.

Baca juga: 4 Manfaat Dongeng untuk Tumbuh Kembang Anak

Pasalnya, menurut Kalina J. Michalska, PhD., Asisten Profesor Psikiatri di Universitas California, anak-anak dengan gangguan kepribadian antisosial bisa menunjukkan tanda-tanda psikopati.

Tak hanya itu, mengutip Healthline, anak dengan gangguan ini bisa menarik diri dari lingkungan sekitar hingga menimbulkan kebencian. Mereka juga sulit mengontrol emosi dan cenderung mampu bersikap impulsif, misalnya merusak barang-barang di sekitar.

Melihat perilakunya yang tak terkendali itu, akhirnya teman-teman sebayanya pun enggan berinteraksi dengan mereka. Hal ini tentu akan memperburuk kondisinya karena semakin menutup diri dan menganggap sekitarnya ‘jahat’.

Penyebab Gangguan Kepribadian Sosial pada Anak

James B. McCarthy, PhD., Profesor Psikologi di Universitas Pace, mengungkapkan gangguan ini bisa muncul dari faktor internal (genetik) atau eksternal (lingkungan dan pengalaman traumatis anak).

Jika tak ditangani dengan baik, hal tersebut dapat berdampak negatif pada pembentukan empati pada anak.

Kombinasi kedua faktor ini dapat meningkatkan risiko perilaku antisosial. Menurut Medical News Today, penyebab internal pertama berasal dari pembentukan kepribadian yang sudah diterapkan sejak kecil sehingga sulit diubah hingga dewasa.

Pembentukan kepribadian ini biasanya diakari oleh pola pengasuhan yang keliru. Penelitian Ruiz-Hernández (2019) menemukan gaya pengasuhan otoriter–yang ketat, kurangnya pengertian, dan bergantung pada hukuman–bisa memicu sikap yang buruk.

Orangtua yang memberi tekanan pada anak-anaknya bisa membuat mereka rentan stres. Misalnya, orangtua membatasi pertemanan sang anak karena tingginya sifat posesif. Mereka ingin sang anak mengikuti perintahnya dan menolak untuk ditentang.

Faktor internal selanjutnya adalah genetik yang bermula dari gen dengan kemampuan kognitif yang rendah. Anak dengan kognitif rendah berisiko mengalami kesulitan kognitif dan memiliki kemampuan pengendalian diri yang lebih rendah.

Faktor eksternal biasanya dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya, anak kurang memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya karena mengalami pengalaman traumatis, seperti perundungan.

Baca juga: Pentingnya Ajarkan Keberagaman pada Anak Sejak Dini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com