Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

"Erotomania", Delusi Cinta yang Tak Nyata

Kompas.com - 08/08/2023, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Kondisi mental tanpa sadar sering mempengaruhi kehidupan manusia. Baik itu gejala ringan maupun berat. Jika tak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa mengarah pada suatu gangguan mental. Untuk itu, kamu perlu mewaspadainya.

Erotomania: Delusi Cinta yang Berlebihan

Pernahkah kamu merasa ada orang yang jatuh cinta padamu padahal sebenarnya tidak? Kamu harus waspada karena itu adalah ciri utama dari erotomania. Artinya, asumsi bahwa ada orang yang mencintaimu hanya berada dalam pikiranmu sendiri.

Objek dari orang ini pun beragam. Bisa orang-orang terkenal, seperti artis idola, hingga orang-orang biasa yang belum pernah kamu temui sekali pun. Namun, kamu yakin sekali kalau sedang menjalin hubungan spesial dengan orang itu.

Informasi ini dijelaskan dalam siniar Anyaman Jiwa yang berkolaborasi dengan Teman Bincang Indonesia episode “Delusi Cinta yang Gak Nyata “Erotomania”” dengan tautan dik.si/AnyJiwErotomania.

Kondisi ini bukanlah suatu gejala medis. Akan tetapi, biasanya dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar.

Itu sebabnya, kamu perlu waspada karena erotomania bisa bertahan selama bertahun-tahun. Biasanya pula, erotomania menjangkit remaja perempuan dan laki-laki yang baru saja pubertas.

Baca juga: Melatih Fokus dan Konsentrasi dalam Pekerjaan

Namun, tak menutup pula orang dewasa yang hidupnya tertutup dan kurang interaksi sosial terkena erotomania.

Jangan Terlalu Sering Minta Maaf, Awas Kena “Sorry Syndrome

Mayoritas dari kamu mengatakan “maaf” sebagai bentuk reaksi yang tak disengaja atau saat menyesali kesalahan yang telah diperbuat. Namun, kata “maaf” ini juga bisa berbahaya jika sering kali diucapkan karena kamu merasa khawatir terhadap pemikiran orang lain.

Dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Terlalu Sering Minta Maaf? Waspada Sorry Syndrome” dengan tautan dik.si/AnyJiwSorry, terlalu sering meminta maaf bisa jadi merupakan ciri-ciri kamu terkena Sorry Syndrome.

Melansir Forbes, kondisi ini membuat kata maaf menjadi tak bermakna. Hal ini disebabkan perkataan maaf itu dikeluarkan karena kamu tidak ingin merasa disalahkan. Selain itu, kondisi ini juga mengindikasikan kamu mempunyai kepercayaan diri yang rendah dalam menegaskan sesuatu.

Itulah mengapa permintaan maaf yang berlebihan adalah gejala umum bagi orang dengan harga diri yang rendah, takut dengan konflik, dan khawatir asumsi orang lain. Pasalnya, ketika takut akan penolakan dan kritik, kamu akan berusaha mencegahnya karena khawatir peristiwa yang terjadi setelahnya.

Ada pun penyebabnya sering kali adalah trauma. Misalnya, saat melakukan kesalahan karena tak bisa memenuhi ekspektasi orangtua, kamu pernah mendapat kekerasan verbal atau fisik. Secara tak langsung, saat dewasa, kamu pun akan berusaha mencegah konflik itu kembali dengan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

Padahal, mengucapkan kata maaf secara terus-menerus bisa membuat diri merasa kecil. Kepercayaan diri kita akan terus melemah sehingga menyebabkan rasa bersalah yang berlebihan.

Baca juga: Menjadi Manusia yang Mampu Memberi Dampak

Itulah mengapa setiap permintaan maaf yang kamu lontarkan ternyata bisa memengaruhi caramu memandang diri sendiri. Penelitian Okimoto, dkk. (2012) menemukan orang-orang yang minim mengungkapkan kata “maaf” memiliki harga diri yang lebih tinggi, kendali atas diri sendiri, dan integritas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com