Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Sosial Bisa Jadi Sarana Mendorong Skrining Kanker Serviks

Kompas.com - 06/10/2023, 20:11 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini, TikTok dan platform media sosial berbasis video lainnya semakin populer, baik untuk hiburan maupun berbagi informasi, termasuk informasi kesehatan.

Hal tersebut juga ternyata bisa berdampak positif terhadap peningkatan informasi sekaligus kesadaran perempuan untuk melakukan skrining kanker serviks.

Menurut sebuah riset terbaru yang diterbitkan di Health Communication, para peneliti menemukan bahwa TikTok secara efektif dapat mendorong perempuan untuk melakukan pap smear, salah satu standar emas untuk skrining kanker serviks.

Apalagi, data Globocan mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.

Di mana, kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2 persen dari total kasus kanker.

"Melalui TikTok, ada banyak laporan berita tentang bagaimana orang-orang, terutama Gen Z, menggunakan platform ini sebagai sumber informasi kesehatan."

Demikian penuturan salah satu peneliti dan asisten profesor periklanan dan hubungan masyarakat di Nebraska-Lincoln University, Ciera Kirkpatrick, seperti dikutip dari Medical Xpress.

Baca juga: Ketahui, 4 Stadium Kanker Serviks dan Cara Menanganinya

Kirkpatric dan rekan peneliti di University of Missouri, LaRissa Lawrie, juga mengatakan, ada banyak pesan kesehatan tentang pap smear, yang merupakan tindakan pencegahan yang sangat penting untuk menurunkan angka kanker serviks.

"Tes pap smear secara teratur merupakan bagian penting dalam pencegahan kanker serviks karena penyakit ini sering kali berkembang tanpa gejala. Maka dari itu, pap smear direkomendasikan setiap tiga tahun sekali pada sebagian besar populasi," terang mereka.

Proses dan hasil riset

Riset ini melibatkan 636 perempuan berusia 21-29 tahun untuk menonton video di TikTok tentang pap smear, dengan berbagai sumber, seperti dokter atau teman sebaya.

Kemudian, mereka diminta menilai video-video tersebut berdasarkan efektivitas pesan, kredibilitas, sikap terhadap pesan, dan niat untuk melakukan tes pap smear.

Para peneliti menemukan, dokter dianggap lebih kredibel daripada sumber sebaya dan lebih signifikan meningkatkan sikap terhadap pesan, serta keinginan untuk melakukan tes pap smear daripada video sebaya.

"Hal ini penting karena literatur tentang tingkat pap smear telah menunjukkan, salah satu alasan utama mengapa perempuan tidak melakukan pap smear adalah karena mereka tidak tahu bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang harus mereka lakukan," ungkap Kirkpatrick.

"Sehingga menyampaikan informasi tersebut kepada lebih banyak orang melalui keterlibatan dengan video dapat membantu mengatasi hambatan," jelasnya.

Baca juga: Kanker Serviks, Ini Gejala dan Penyebabnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com