Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan dan Depresi, Apa Bedanya dan Mungkinkah Mengalami Keduanya?

Kompas.com - 08/01/2024, 09:23 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Ketika kita disapa "Apa kabar?" Kemungkinan besar kita menjawabnya dengan, “Baik, terima kasih!” bahkan ketika kita sebenarnya tidak sedang baik-baik saja.

Jawaban itu muncul karena kadang kita ingin berlaku sopan menanggapi pertanyaan yang mungkin juga basa-basi, atau kita tidak ingin memperpanjang percakapan yang mungkin tidak nyaman. Namun yang paling umum adalah kita kerap menyangkal bahwa kita memiliki masalah dan butuh bantuan.

Masalah seputar mental ini sebenarnya bisa dideteksi jika akhir-akhir ini suasana hati dan energi Anda berubah secara signifikan. Bisa jadi itu pertanda kecemasan atau depresi (atau keduanya).

Kecemasan dapat membuat kita merasa sangat waspada dan ketakutan. Sedangkan depresi dapat membuat kita berada dalam suasana hati yang sedih, seolah tanpa harapan. 

Meskipun kondisi-kondisi ini terdengar sangat berbeda, namun sebenarnya keduanya saling terkait, dan hal ini umumnya terjadi bersamaan.

Baca juga: Waspadai, 5 Tanda Fisik Depresi yang Tersembunyi

Dikutip dari Cleveland Clinic, Psikiater Karen Jacobs, DO, memberi kita gambaran umum tentang apa itu kecemasan dan depresi, bagaimana keduanya bermanifestasi dalam berbagai bentuk, bagaimana keduanya terkait, dan bagaimana membedakan keduanya.

Apa itu kecemasan dan depresi?

Meskipun kecemasan dan depresi memiliki gejala dan gambaran klinisnya masing-masing, ada beberapa hal yang serupa atau tumpang tindih.

Kecemasan

Ada perbedaan antara kekhawatiran yang normal dan kecemasan.

“Sesekali merasa khawatir tentang hasil ujian atau berbicara dengan atasan tentang kenaikan gaji itu sesuatu yang normal,” Dr. Jacobs menjelaskan. 

“Tetapi jika kecemasan terjadi terus-menerus dan mempengaruhi kehidupan Anda, maka itu mungkin merupakan sinyal bahwa Anda sedang menghadapi sesuatu yang lebih besar.”

Gejala gangguan kecemasan umum meliputi:

  • Kekhawatiran yang terus-menerus dan parah (terkadang tidak sebanding dengan apa yang sebenarnya terjadi).
  • Berpikir secara berlebihan atau overthinking.
  • Membayangkan skenario yang lebih buruk.
  • Terobsesi terhadap situasi atau hasil.
  • Keragu-raguan.
  • Takut.
  • Ketidakmampuan untuk bersantai.
  • Perasaan gelisah.
  • Kesulitan fokus atau kegelisahan fisik.

Selain itu, ada banyak gejala fisik yang dapat terjadi akibat kecemasan, antara lain:

  • Ketegangan otot.
  • Nyeri dada.
  • Merasa mudah lelah atau letih.
  • Palpitasi jantung.
  • Sesak napas.

Kecemasan yang berkepanjangan, yang terus-menerus memicu respons melawan atau lari, dapat berdampak besar pada kesehatan kita. Dr Jacobs mengatakan sangat penting untuk mencari pengobatan jika mengalami gejala-gejala ini.

Baca juga: Tanda-tanda Kecemasan Meningkat, Jangan Diabaikan

Depresi

Diagnosis depresi lebih dari sekadar perasaan sedih. Perbedaan besar antara kesedihan dan depresi klinis adalah, pada kesedihan, gejalanya tidak terlalu parah atau terus-menerus. Dengan kata lain, hal-hal tersebut tidak mengganggu kemampuan Anda untuk beraktivitas sehari-hari saat sedang sedih atau mengalami hari yang buruk.

Semantara depresi memengaruhi suasana hati dan kemampuan Anda untuk beraktivitas normal. Tanda-tanda khas depresi meliputi:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com