Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Tissa Aunilla Membawa Cokelat Indonesia ke Ranah Internasional

KOMPAS.com - Inspirasi untuk memulai suatu usaha bisa datang dari mana saja.

Nah, bagi brand produk cokelat asal Indonesia, Pipiltin Cocoa, inspirasi itu datang dari fakta sulit ditemukannya produk olahan cokelat lokal di Indonesia, meski Indonesia justru dikenal sebagai salah satu negara penghasil cokelat terbesar di dunia.

Fakta inilah yang mengawali perjalanan pendirinya, Tissa Aunilla dalam membangun bisnis Pipiltin Cocoa.

Ia mulai mencari tahu lebih dalam mengenai cokelat asal Indonesia dan perlahan menciptakan hasil olahan cokelat dari rumahnya.

Bahkan, ia mengambil Master Chocolatier Certification di Swiss pada tahun 2011 untuk memperdalam pengetahuannya mengenai cara memproduksi cokelat.

Lalu akhirnya, Pipiltin Cocoa pun berdiri pada tahun 2013 silam.

Sejak saat itu, brand yang kini dikelolanya bersama sang adik, Irvan Helmi ini menetapkan misi untuk memperkenalkan potensi Indonesia sebagai negara penghasil cokelat yang beragam dan berkualitas lewat berbagai olahan produk cokelat.

Selama menjalankan Pipiltin Cocoa, Tissa dan Irvan bersama karyawannya mewujudkan misi untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia lewat beberapa langkah, salah satunya dengan membeli kakao secara langsung dengan harga yang layak dan premium, yakni 40-50 persen di atas harga pasar.

Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan biji yang betul-betul berkualitas, langsung dari petani. Dengan membeli lebih mahal, diharapkan kehidupan para petani Indonesia bisa terbantu.

"Bisnis ini menjadi wadah dan cara kami untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas petani biji kakao, dimana hingga saat ini bahan baku yang digunakan Pipiltin Cocoa berasal dari lebih dari 2.000 mitra petani lokal," ungkap Tissa.

Biji kakao yang didapatkan dari petani itu biasanya telah melalui proses harvesting (panen), sorting (sortir), fermentation (fermentasi), washing (pencucian), dan drying (pengeringan), sebelum masuk ke tahap produksi oleh Pipiltin sendiri.

Tahap produksi yang dilakukan Pipiltin ini terdiri dari beberapa langkah, mulai dari proses roasting (pembakaran untuk mengeluarkan rasa pada biji kakao), winnowing (memisahkan cangkang dengan inti biji cokelat), dan grinding (menggiling biji dengan batu menjadi cairan coklat).

Proses ini dilanjutkan dengan mixing (mencampur dengan bahan lain seperti gula dan susu), conching (mengaduk cokelat dalam waktu lama untuk menguapkan sebagian rasa asam), tempering lewat kaca-kaca transparan hingga diproses menjadi hidangan atau dessert yang cantik dan siap disantap konsumen.

Usaha yang dilakukan Tissa pun akhirnya berhasil membawa produk cokelat lokal dari Pipiltin Cocoa ke ranah internasional. Seperti ke Jepang, Singapura, dan negara lainnya.

Apalagi, Jepang jadi salah satu negara dengan konsumen cokelat terbanyak di dunia.

"Karena di sana memang sudah ada budaya makan cokelat. Ada budaya untuk gifting coklat setiap valentine. Bahkan revenue mereka untuk jualan cokelat dalam setahun itu 70 persen pada saat valentine. Setelah valentine bulan depannya ada white day, jadi ada culture untuk makan coklat," tuturnya, sambil menambahkan bahwa cokelat asal Indonesia cukup diminati di ranah internasional karena rasanya yang lebih beragam.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/17/100742420/cerita-tissa-aunilla-membawa-cokelat-indonesia-ke-ranah-internasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke