Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menengok Keindahan Kain Tenun dalam Aneka Tas Kulit Modern

Menggeluti bisnis sejak tahun 2010, Sami Nainggolan, berupaya memperkenalkan keindahan kain tenun dengan mengombinasikannya bersama tas-tas kulit modern.

Ini juga tidak lepas dari kecintaan Sami pada wastra dan kemampuannya dalam mendesain sebuah tas.

"Mulanya saya pingin punya tas dengan kombinasi kain tradisional, saat itu petama kali mencoba dengan tenun ulos dan ternyata cocok."

Demikian penuturan Sami kepada Kompas.com, saat ditemui dalam pameran Inacraft on October 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (4/10/2023).

"Akhirnya karena banyak teman yang juga suka dan tertarik, saya pun mulai menerima pesanan tas-tas yang berfokus pada kulit dan kain tenun," terangnya.

Menurut Sami, untuk proses produksi tas-tas di Tzeza, ia telah lama bekerja sama dengan penenun lokal, terutama di Nusa Tenggara Timur.

Yang terbaru, ia juga menggunakan tenun Baduy yang tidak kalah mengesankan.

"Sebenarnya saya tidak hanya menggunakan tenun saja, tetapi semua jenis wastra seperti batik dan lurik," ungkapnya.

Menggunakan kain tenun dari pewarna alam

Sebagian besar kain tenun yang digunakan dalam tas-tas tersebut menggunakan pewarna alam yang lebih ramah terhadap lingkungan.

"Ya hampir semua kain yang dipakai sudah menggunakan pewarna alam yang diambil dari alam seperti tanaman, akar, atau ranting. Tergantung kondisi alam tempat kain berasal," kata Sami.

"Misalnya, jika kain berasal dari NTT, maka pewarna alamnya diambil dari beberapa tanaman di sana yang bisa mengeluarkan warna, kemudian penenun akan mencelupkan benangnya ke pewarna itu," jelasnya.

Selama 13 tahun terakhir, produk Tzeza juga sudah mulai menggunakan kulit asli.

"Maka dari itu, kami berusaha untuk tidak menggunakan kulit sintetis. Bahkan, untuk membungkus produk kami juga sudah menggunakan kain belacu," terangnya.

Tak hanya tas, Sami mengatakan bahwa Tzeza kini mulai merambah pada produk lain seperti jaket, sarung bantal, hingga taplak meja untuk ruang tamu.

Pada tahun 2016 lalu, Tzeza juga menerima pesanan souvenir bernuansa etnik untuk acara-acara di berbagai perusahaan pemerintah maupun swasta.

Memiliki pelanggan yang lebih beragam

Selama ini, wastra seperti kain tenun dan batik dianggap hanya diperuntukkan bagi ibu-ibu atau orang yang usianya lebih tua.

Namun, Sami berusaha mendobrak pandangan tersebut dengan membuat produk tas atau jaket yang lebih modern dan sesuai untuk berbagai kalangan.

"Sebenarnya kalau tenun itu kan motifnya lebih bebas sehingga bisa diaplikasikan ke dalam banyak bentuk. Cuma dari sisi model tas dan jaket memang kami buat yang lebih simpel, kalau bisa unisex," ungkap Sami.

Ia pun mengungkapkan, pelanggannya sekarang sangat beragam. Mulai dari anak muda hingga dewasa.

"Kalau untuk pelanggan tetap sampai saat ini masih dari kalangan yang memang pencinta atau penggemar etnik ya," kata Sami.

"Tapi, tidak menutup kemungkinan juga adanya pelanggan baru yang awam soal wastra dan jadi belajar lebih dalam soal motif, serta bagaimana pengaplikasiannya pada produk lain di luar pakaian," jelasnya.

Untuk beberapa koleksi produk yang menggunakan kulit asli dan kain tenun dengan pewarna alam, harga yang dipatok pun terbilang cukup terjangkau.

Harga tas-tas yang berukuran kecil, misalnya, dibanderol Rp 350.000. Sementara tas ransel yang paling besar dihargai Rp 1,4 juta.

Termahal yang dibawa ke pameran Inacraft on October, menurut Sami, adalah jaket kulit dengan dua kain dari pewarna alam yang memiliki harga Rp 1,9 juta.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/05/174015620/menengok-keindahan-kain-tenun-dalam-aneka-tas-kulit-modern

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke