Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bison dan "QR Code" dalam Batik Amerika

Kompas.com - 23/02/2012, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Untuk memperkenalkan lebih jauh tentang batik Indonesia,  Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC menggagas sebuah kompetisi bertajuk "American Batik Design Competition" di Amerika. Dalam kompetisi yang berlangsung sejak 2011 lalu ini, para fashion dan desainer grafis Amerika diberi peluang untuk merancang batik bergaya Amerika yang tetap mengandung unsur batik Indonesia.

"Kompetisi ini merupakan pilot project untuk merangsang minat masyarakat Amerika terhadap batik Indonesia. Ketika kompetisi ini diadakan, mereka ternyata sangat antusias untuk mengikutinya," ungkap Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dino Patti Djalal, kepada Kompas Female, di sela-sela acara "American Batik Exhibition" di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, Selasa (21/2/2012) lalu.

Sejak lomba ini diluncurkan, sekitar 100 karya masuk dari 18 negara bagian di Amerika Serikat. Sembilan pemenang telah dihasilkan, namun hanya pemenang utama: Elizabeth Urabe, Kelly Cobb, dan Joanne Gigliotti, yang berkesempatan untuk berkunjung ke Indonesia untuk melihat proses pembuatan batik di Yogyakarta dan di beberapa daerah lainnya. Karya-karya mereka, yang antara lain bermotif bison, koboi, gandum, totem, pantai, hingga motif QR code, sempat dipamerkan di salah satu ruangan Hotel The Palace, San Francisco, Amerika Serikat, awal November lalu.

Adanya kombinasi antara gaya Amerika dan Indonesia yang saling berkesinambungan, serta corak warna yang indah dalam batik, menjadi salah satu kriteria penilaian juri untuk menentukan kesembilan pemenang kompetisi ini.

"Sangat sulit untuk memilih sembilan pemenang, karena semuanya punya ciri khas dan keunikannya sendiri," ungkap Nia Fliam Ismoyo, warga Amerika yang telah mendalami seni batik di Indonesia selama 29 tahun, yang menjadi salah satu juri kompetisi ini.

Desain batik ketiga pemenang tadi dianggap paling mampu mengombinasikan unsur batik Indonesia dan Amerika, dan ketiganya menduduki posisi pertama. Elizabeth, lulusan Carleton College di Northfield, MN, menerjemahkan dua budaya ini dalam batik yang bertema "Devine Unity". Ia menggambarkan antusiasme nilai kebebasan dan kemerdekaan dalam bentuk dan pola yang luas serta ekspresif. Batiknya didominasi warna natural yang ceria seperti hijau, oranye, biru, dan kuning, yang mencerminkan bumi, langit, rumput, bunga, dan matahari. Uniknya, Elizabeth mampu menggambarkan batik ini mirip dengan batik asli Indonesia.

"Saya terinspirasi dari lingkungan, dan juga ombak di pantai dengan segala kefleksibelannya. Saya sangat menyukai batik, sehingga ketika mendesain batik ini motifnya langsung tercipta dari hati dan semuanya mengalir begitu saja di kepala," ungkap seniman asal Ash Fork, Arizona ini. 

Elizabeth mengungkapkan, sangat mudah untuk berkreasi ketika ada perasaan cinta yang mendalam serta passion untuk melakukannya, termasuk dalam mendesain batik ini. Bagi perempuan yang telah berkeliling dunia untuk memperkenalkan karya-karya seninya ini, batik memiliki kemampuan untuk memajukan hubungan antara cinta dan perdamaian antarnegara.

Pemenang lainnya, Kelly Cobb, juga menunjukkan desain yang unik untuk batiknya. Desainer dari Philadelphia ini mengangkat kode QR yang sangat populer di Amerika untuk motif batiknya, dan melukiskannya dalam warna indigo yang sedikit keunguan. Yang lebih seru, kode QR yang dipakai dalam desain ini juga bisa di-scan oleh smartphone yang langsung menghubungkan ponsel Anda dengan website miliknya. Wow!

Sedangkan motif batik kreasi Joanne Gigliotti menggambarkan nilai-nilai kehidupan di Amerika yang relevan dengan Indonesia, melalui simbol-simbol dari hubungan keduanya. Secara garis besar, Joanne menggambarkan matahari yang terbit dari Timur dan menyinari Barat, yang bermakna adanya pengaruh timur kepada negara barat. Selain itu garis merah hubungan Indonesia dan Amerika juga digambarkan melalui motif burung yang sama-sama dimiliki kedua negara, dan memiliki makna kebebasan. Ciri khas batik Indonesia ini gambarkan apik oleh Joanne, yang juga pernah memberi kuliah tentang batik dan desain di The Smithsonian Institution, melalui motif batik parang.

Sebagai tindak lanjut dari aktivitas ini, Dino Patti Djalal menjanjikan akan tetap berpromosi melalui kegiatan lain. Kegiatan yang sudah berjalan antara lain memperkenalkan kelezatan makanan Indonesia seperti rendang sampai opor ayam di sekolah dasar di Amerika pada Januari lalu.

"Bulan April mendatang, KBRI berencana untuk membuat program Dangdut Goes to America yang menjadi sebuah reality show di Amerika. Kami akan mendatangkan lima pedangdut Indonesia untuk menyanyi di depan para cowboy, atau di wilayah perkantoran di Wallstreet," beber Dino.

Berminat melihat karya-karya batik Amerika? Silakan berkunjung ke American Batik Exhibition yang berlangsung di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, pada 22 Februari - 4 Maret 2012, dan di Museum Tekstil Indonesia pada 6-31 Maret 2012.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com