Masa liburan sekolah hampir usai. Namun, di waktu tersisa anak- anak seolah enggan melewatkannya begitu saja. Mereka terlihat riang dan penuh rasa penasaran pada
Kegiatan itu diikuti sekitar 300 siswa kelas III hingga kelas VI sekolah dasar yang berasal dari Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Mereka berkemah sejak Kamis, diajak berinteraksi langsung dengan alam dan mengakrabi ilmu pengetahuan tentang alam sekitar.
Pada hari terakhir, Sabtu, para siswa tersebut memamerkan teknologi hasil karya yang dikerjakan secara berkelompok. Mereka juga dihibur oleh pesulap, yang selalu mengaitkan penampilannya dengan sains, yaitu Joe Sandy, Wisben, dan Abu Marlo, serta atraksi dua balon udara.
Sejak hari pertama, Kamis, anak-anak itu diajak berlatih kekompakan melalui rangkaian kegiatan
”Anak-anak belajar mandiri. Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk mendekatkan mereka dengan alam terbuka dan menerapkan teori ilmu pengetahuan alam dalam bentuk sederhana,” kata General Manager Marketing Communication
Pengalaman itu bagi beberapa peserta adalah hal baru. Chelsea Angwyn (11), misalnya, dia baru pertama kali tidur di tenda dan berjauhan dengan orangtuanya. ”Aku kangen mama,” katanya, saat ditanya tantangan terberat mengikuti acara itu.
Chelsea biasa menghabiskan masa liburan di rumah. Kegiatannya membosankan. ”Paling sering menonton televisi. Lama-lama bosan. Di sini aku dapat banyak teman baru dan ilmu baru,” kata dia.
Bersama kelompoknya, Chelsea membuat generator sederhana yang komponennya terbuat dari kumparan kawat tembaga dan magnet. Generator itu menghasilkan listrik yang bisa menyalakan lampu berkekuatan lima watt. Mereka didampingi oleh mahasiswa dari ITB.
Selain Chelsea dan kelompoknya, ada kelompok lain yang memamerkan deretan botol kaca yang diisi air berbeda volume. Jika botol itu dipukul, masing-masing mengeluarkan nada yang berbeda. Itulah alat musik xylophone karya mereka.
Ada juga ”gendang” beraneka ukuran yang terbuat dari pipa paralon yang ditutupi karet. Beberapa anak membuat kompor pemanas bertenaga Matahari memakai penggorengan bekas, lempengan aluminium, dan kaleng minuman bekas.
Selain karyanya yang dipamerkan, anak-anak mencoba permainan bernuansa sains pula. Salah satunya adalah permainan Canon Gun. Mereka menembak sasaran memakai tiruan senapan dari kayu. Pelurunya adalah tutup tabung plastik yang disematkan di laras senapan. Tutup itu terlontar setelah pelatuk ditekan. Pelatuk itu adalah pemantik listrik yang dihubungkan dengan kabel.
Rudi Ginanjar, orangtua peserta Basmah Alisha (11), menyukai kegiatan ini. Dia mengatakan anaknya sebenarnya senang bermain di alam terbuka. ”Di lingkungan tempat tinggal kami di Jakarta sulit mendapat ruang terbuka yang ramah kepada anak. Ini kesempatan baik buat Basmah untuk menikmati masa liburnya,” papar Rudi.