Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelaki Berisiko Tinggi Jadi Target Pencegahan HIV/AIDS

Kompas.com - 07/07/2017, 21:16 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

"Kami berusaha tidak memakai bahasa kedokteran atau bahasa Indonesia baku, secara pendidikan pekerja pelabuhan juga tidak tinggi," kata Daniel.

Tantangan terbesar dalam kampanye sosial ini, menurut Daniel adalah keyakinan bahwa mereka tidak akan terkena.

"Sebenarnya mereka tahu tentang HIV, cara penularan, tahu juga kondom buat apa. Cuma banyak yang berpikir kalau 'main' hanya sekali tidak akan tertular. Mereka yakin tidak akan kena. Padahal semua orang bisa berpotensi tertular," katanya.

Langkah TTM

Dalam program pencegahan infeksi HIV, dikenal dengan istilah ABC (Abstinence, Be Faithful, Use a Condom). Menurut Daniel, konsep tersebut kini dikemas dengan pendekatan yang berbeda agar lebih mudah dimengerti dengan menggunakan slogan yang sudah dikenal di masyarakat, yaitu TTM.

"Singkatannya Tahan diri dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, selanjutnya Tetap Setia dengan pasangan, dan yang terakhir Main Aman, atau selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual beresiko," katanya.

Daniel menambahkan, seks merupakan kebutuhan dasar manusia. Namun, kalau tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan seks beresiko, paling tidak jangan menularkan ke orang lain dengan cara pakai kondom.

Kampanye #UbahHidupLo pertama kali diluncurkan di media sosial pada Januari lalu. Kegiatan sosialisasi ini di beberapa daerah bekerja sama dengan LSM dan dinas kesehatan.

Menurut Daniel, efektivitas kampanye ini baru bisa dilihat setelah 6 bulan sampai setahun kemudian. "Paling gampang memang melihat data infeksi menular seksual apakah naik atau turun," katanya.

Pengendalian HIV saat ini menjadi agenda pembangunan kesehatan di banyak negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penularan HIV berakhir di tahun 2030.

Target tersebut sejalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Dalam SDG, jumlah kasus baru HIV/AIDS ditargetkan turun 25 persen pada 2020, memastikan 90 persen mereka yang terinfeksi HIV teridentifikasi, dan 90 persen mereka yang diterapi dengan antiretroviral (ARV) pada tes darah tak tampak lagi virus HIV.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com