Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 Mei 2019, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Tak bisa makan kalau tak ada rasa manis atau asin dalam makanan? Hati-hati! Keripik, biskuit, cokelat, dan cake, memang enak disantap saat santai, atau ketika mood sedang berantakan.

Rasanya yang begitu memanjakan lidah, dijamin bisa meningkatkan semangat kita dalam sekejap.

Ya, garam dan gula memang membuat citarasa makanan jadi meningkat. Tak heran jika keduanya amat didamba.

Tapi, garam dan gula bukanlah sahabat buat tubuh. Pasalnya, konsumsi yang berlebih bisa memicu banyak masalah.

Gula, misalnya, mengonsumsinya secara berlebihan dapat memicu berbagai penyakit kronis.

Tidak hanya diabetes, namun juga dapat memicu dehidrasi dan dapat menyebabkan kerusakan organ.

Begitu juga dengan garam, konsumsi yang berlebih juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Nah, agar konsumsi garam dan gula tak lagi berlebih, inilah 5 cara melawan kecanduan garam dan gula.

1. Makan secara teratur

Makan secara teratur, yaitu makan 3 kali dengan 2 kali snack, akan menjaga tubuh tetap berenergi sepanjang hari.

Menurut Kate Patton, MEd, RD, CSSD, LD, nutrisionis dari Cleveland Clinic Sports Health, makan secara teratur sepanjang hari membantu mengendalikan keinginan mengonsumsi garam dan gula.

"Segera sarapan maksimal dua jam setelah bangun tidur, dan makanlah setiap empat hingga enam jam sekali," katanya.

Pastikan kamu menyertakan sumber protein dalam setiap makanan dan camilan. Ini akan membuat kita merasa kenyang dan membantu mengekang hasrat untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan.

Dan ketika menginginkan makanan yang manis atau asin, pilihlah makanan yang memiliki nilai gizi, misalnya kerupuk gandum, kacang-kacangan, buah segar, yogurt tawar dengan buah, yang mengandung lebih dari 70 persen kakao.

 Baca juga: Yang Terjadi pada Tubuh saat Makan Cokelat

2. Program ulang selera

Cobalah melatih lidah untuk menyetel ulang preferensi citarasanya. Selama beberapa minggu, kurangi konsumsi garam dan gula di semua makanan yang disantap.

Ganti garam dengan percikan minyak zaitun extra virgin, dan ganti camilan dengan dark chocolate yang ditambahkan potongan kacang mede.

Lemak dapat membantu mematikan keinginan mengidam makanan manis, kata Brigid Titgemeier, MS, RDN, LD, seorang nutrisionis.

Dengan kesabaran dan latihan, apa yang dulu terasa manis bagi kita, nantinya akan mulai terasa terlalu manis. Lidah kamu akan merasa cukup dengan manisnya buah berry yang segar, dan tak akan lagi mencari permen, minuman manis, atau makanan manis lainnya.

Begitu juga setelah makan lebih sedikit garam selama beberapa minggu - dengan mengurangi makanan olahan dan makanan siap saji - kita akan membutuhkan lebih sedikit garam untuk memuaskan keinginan terhadap rasa asin.

Baca juga: Makan Berlebih saat Buka Puasa Bikin Gula Darah Melonjak

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

3. Cari dukungan

Minta dukungan dari teman di kantor atau pasangan di rumah untuk membantu kamu menjalankan latihan ini. Atau ingin menjalankan latihan pengendalian kecanduan garam dan gula ini kepada anak-anak, kamu dapat membantu mereka dengan tidak membelikannya makanan ringan yang manis dan asin secara teratur.

Berikan mereka makanan penutup berupa buah-buahan segar, dan bukannya kue atau puding yang manis.

4. Pertimbangkan diet puasa

Diet puasa atau intermittent fasting dapat membantu mengurangi rasa lapar sekaligus kecanduan garam dan gula.

Diet puasa adalah metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa makan selama beberapa waktu, namun kita masih dapat mengonsumsi minuman.

Diet puasa tidak mengatur makanan apa yang harus dikurangi atau apa yang harus dikonsumsi, namun lebih mengatur kapan kita makan dan kapan harus berhenti makan alias puasa.

Biasanya metode ini menganjurkan untuk puasa makan selama 16 jam, namun waktunya dapat Moms tentukan sendiri.

Dengan melakukan diet puasa, kita akan mengurangi kalori yang masuk. Namun saat libur puasa, jumlah kalori yang masuk akan tetap normal. Dan seiring waktu, kita akan merasa puas dengan porsi makanan yang lebih kecil.

Hal ini juga akan mengurangi keinginan terhadap makanan yang manis dan asin Anda.

 Baca juga: Wajib Tahu, Manfaat dan Efek Negatif Diet Puasa

5. Kenali tubuh sendiri

Kecanduan garam atau gula bisa terjadi karena kita mengalami stres, sehingga menginginkan makanan dengan cita rasa tertentu.

Cobalah lakukan meditasi, olahraga, atau membaca untuk menenangkan diri. Pastikan juga agar tubuh  tidak mengalami dehidrasi. Ini akan mencegah kita dari serangan stres yang berlebihan.

Pada orang yang menderita diabetes, mungkin menginginkan sesuatu yang manis bahkan ketika gula darah normal.

Siasati dengan konsumsi karbohidrat yang dapat menjaga kadar gula darah tetap stabil, misalnya jus buah.

Nah, cara-cara di atas ini akan membantu kita mengendalikan hasrat yang berlebihan pada garam dan gula, serta membantu menurunkan risiko untuk berbagai masalah kesehatan yang diakibatkannya.

 Baca juga: Kurangi Gula, Garam, dan Lemak untuk Hidup yang Lebih Sehat

Artikel ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Orami

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau