Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/01/2020, 19:21 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Obesitas telah terbukti dapat membunuh dengan meningkatkan risiko kondisi kesehatan yang mematikan, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2 dan kanker.

Namun, tahukah kamu mengikuti diet ketat untuk menghindari kelebihan berat badan bisa lebih mematikan.

Orang-orang memangkas kalori dan nutrisi mereka agar tetap dalam "berat badan yang sehat."

Tetapi, pendekatan yang dilakukan untuk menjaga lingkar pinggang tidak bertambah, mungkin memiliki efek negatif yang lebih besar dari sekadar kenaikan berat badan yoyo.

Berat badan yoyo terjadi setelah perubahan besar dalam kebiasaan makan.

Baca juga: 6 Alasan Tidak Perlu Diet di Tahun Ini

Sebuah studi, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, menjelaskan bahwa ketika seseorang mencoba menambah atau mengurangi beberapa kilogram, maka akan banyak perubahan terjadi dalam tubuh, yang juga memengaruhi tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan mikrobioma.

Dampak dari siklus berat badan yoyo terutama berasal dari mikrobioma yang terganggu. Itu karena ketika orang mengubah bobot tubuh, mikroba di usus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

Misalnya, kenaikan berat badan memungkinkan mikroba yang mendukung penambahan berat badan untuk tumbuh.

Tetapi ketika orang mulai menurunkan berat badan dengan membatasi makanan tertentu secara drastis, maka mikrobiota usus perlahan merespons perubahan.

"Jadi, jika berat badanmu mulai kembali naik sebelum bakteri usus menyesuaikan dengan siklus yoyo tubuhmu, bakteri penambah berat badan yang masih ada di dalam usus akan memercepat prosesnya, yang kemudian justru menyebabkan kenaikan berat badan yang bahkan lebih dari sebelumnya,” kata Julia Savacool, penulis isu kesehatan di Fatherly.

Baca juga: Diet Keto Dianggap sebagai Diet Terburuk

 

Di sisi lain, efek yo-yo dari diet ketat juga dapat membahayakan kesehatan mental. Ketika orang gagal menurunkan berat badan meski mencoba makan lebih sedikit, mereka menjadi berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan rendah diri.

Dampak mematikan lainnya dari diet adalah pembentukan lemak berbahaya.

Beberapa rencana makan yang tidak sehat membantu meningkatkan lemak visceral, atau lemak perut, yang telah dikaitkan dengan produksi hormon yang berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes, dan peradangan.

"Ketika berat badan berayun lebih tinggi dan lebih rendah, lagi dan lagi, jumlah lemak visceral terus meningkat, menempatkan tubuhmu pada risiko masalah kesehatan yang sama atau lebih besar daripada yang akan kamu hadapi jika kamu tidak pernah kehilangan berat badan," kata Savacool.

Baca juga: Tips Sukses Diet, Jangan Lupa Penuhi Kebutuhan Magnesium

Cara Mengelola Berat Badan dengan Benar

Orang-orang dapat mencapai berat badan yang benar-benar sehat, bahkan tanpa diet ketat yang memaksa mereka untuk secara signifikan mengurangi asupan kalori dan seluruh kategori makanan.

Untuk menghindari kenaikan berat badan, aktiflah secara fisik dan temukan pola makan seimbang dengan melatih kontrol porsi dan memilih makanan yang tepat yang dibutuhkan tubuh.

Baca juga: Ponsel Bisa Gagalkan Usaha Diet, Apa Sebabnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com