Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 14 April 2020, 08:11 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Pada Senin (13/4/2020), pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tidak semua orang yang sembuh dari Covid-19 akan kebal atau imun terhadap infeksi kedua.

Itu artinya, pasien yang telah sembuh bisa saja tidak mengembangkan kekebalan usai terinfeksi Covid-19.

"Sehubungan dengan pemulihan dan terinfeksi kembali, saya yakin kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu tidak diketahui."

Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi Corona dengan Bersimpati

Demikian kata Dr. Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.

Sebuah penelitian awal terhadap sejumlah pasien di Shanghai, China, mengungkap, beberapa dari mereka tak memiliki respons antibodi, di saat pasien lain mendapat respons antibodi yang besar. 

Fakta ini diungkapkan Dr. Maria Van Kerkhove, ilmuwan utama WHO untuk Covid-19.

"Apakah pasien yang memiliki respons antibodi yang kuat, kebal terhadap infeksi kedua adalah pertanyaan terpisah," kata dia seperti dikutip laman CNBC.

WHO mencatat, sampai sejauh ini, sekitar 300.000 orang dari 1,87 juta orang yang terkena virus corona di seluruh dunia telah pulih.

Baca juga: Ketahui Risiko Penularan Virus Corona di Pantai dan Kolam Renang

Butuh lebih banyak data dari pasien yang pulih untuk memahami tanggapan antibodi mereka. Apakah itu memberi pasien kekebalan tubuh, dan dalam jangka waktu berapa lama.

"Itu adalah sesuatu yang benar-benar perlu kita pahami lebih baik, seperti apa respons antibodi terhadap kekebalan," kata Van Kerkhove.

Lalu Dr. Ryan mengatakan, ada pertanyaan tentang apakah virus dapat aktif kembali setelah pasien pulih, dan memperoleh hasil negatif untuk tes Covid-19.

"Ada banyak alasan mengapa kita bisa melihat infeksi aktif kembali, baik dengan infeksi yang sama atau agen infeksi lain," ujar Dr. Ryan.

"Secara umum, banyak situasi dalam infeksi virus di mana seseorang tidak membersihkan virus dari sistem tubuh mereka sepenuhnya."

Ia menambahkan, sejumlah pasien dapat menghilangkan infeksi utama, namun mengembangkan infeksi bakteri sekunder.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut, saat ini mereka tengah mengembangkan tes untuk mendeteksi keberadaan antibodi virus corona.

Baca juga: 5 Cara Nikmati Momen Paskah di Tengah Pandemi Corona

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau