Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Efek "Work From Home" Berkepanjangan Bagi Kesehatan?

Kompas.com - 04/08/2020, 10:52 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber

Pekerja yang WFH juga bisa saja memiliki postur duduk yang salah saat bekerja, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sakit dan cedera punggung.

Pola hidup kurang gerak juga bisa berkaitan dengan banyak masalah kesehatan, termasuk meningkatnya risiko kanker.

Namun, ruang kerja yang suportif di rumah justru dapat menunjang kesehatan pekerja. Misalnya, membuat perencanaan waktu kerja dengan menyelipkan beberapa waktu istirahat.

Jeda itu bisa digunakan untuk beberapa hal, seperti mengajak hewan peliharaan jalan-jalan di sekitar, menyelesaikan cucian pakaian, memasak, atau sekadar peregangan.

Aktivitas-aktivitas ringan yang dilakukan dalam banyak kesempatan dalam sehari bisa membawa dampak positif terhadap fisik dan psikologis seseorang.

Misalnya, 10 menit saja melakukan naik-turun tangga dengan semangat bisa meningkatkan kapasitas paru-paru dan menambah semangat.

Para pekerja harus memiliki kemampuan untuk mengontrol jadwal kerja mereka. Perusahaan bisa membantu dengan memberi saran desain rumah atau ruang kerja serta perangkat lunak yang dapat menunjang pekerjaan mereka.

Baca juga: Kamu Jarang Bergerak? Cobalah Camilan Naik-Turun Tangga

2. Lebih sedikit atau lebih banyak waktu luang?

Commuting atau aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang biasa kita lakukan sehari-hari dari rumah ke kantor membuat kita terdampak polusi serta berisiko mengalami penyakit pernapasan atau masalah kardiovaskular.

Teorinya, bekerja dari rumah seharusnya dapat meminimalisasi risiko itu, baik terhadap fisik maupun psikologis.

Tidak melakukan perjalanan ke tempat kerja artinya menghemat biaya transportasi dan menyimpan lebih banyak waktu, dua hal krusial yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Namun, commuting seringkali memberikan ruang bagi para pekerja untuk membuat transisi antara peran kerja dan tidak-bekerja. Hal ini penting terutama untuk orang-orang yang berkecimpung di pelayanan jasa yang rumit atau pekerjaan profesional lainnya.

Baca juga: Akibat Pandemi, Google Minta Karyawan Kerja dari Rumah hingga 2021

Kehilangan waktu commuting bisa mengaburkan batasan itu dan berisiko memicu stres karena waktu kerja dan tidak-bekerja telah melebur.

Ketika batasan waktu tersebut kabur, waktu kerja berpotensi lebih panjang dan pada akhirnya dapat memicu stres, kualitas tidur yang buruk dan tekanan darah tinggi.

Jadi, untuk membuatnya tetap proporsional, pastikan Anda tetap memiliki periode transisi tersebut. Ini bisa berarti jalan keliling kompleks terlebih dahulu sebelum bekerja di meja atau memiliki spot khusus di rumah yang dijadikan "ruang kerja".

Perusahaan juga perlu menghormati batasan tersebut. Caranya, bisa dengan meminta pekerja untuk menetapkan waktu di mana mereka tersedia untuk pekerjaan atau menetapkan batas kebijakan tentang akses email dan telepon di luar jam kerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com