Kita sama sekali tidak fokus di pencegahan penularan. Bahkan rakyat tidak paham sama sekali. Hanya dituntut untuk patuh – oleh orang yang bukan dari ranah kesehatan.
Tentu dengan cara penyampaian yang tidak tepat sasaran dengan dampak perubahan perilaku tidak sesuai harapan.
Alhasil pandemi yang berkepanjangan ini membuat seluruh siswa di Indonesia kehilangan 1 semester dalam hidup mereka.
Kondisi belajar jarak jauh benar-benar jauh dari harapan. Mulai dari kendala perangkat hingga niat.
Orangtua mulai gelisah, karena mereka tidak punya kendali dengan anak-anaknya sendiri. Diandaikan sekolah tatap muka membuat anak-anaknya ‘punya kegiatan terstruktur’.
Padahal, sangat tidak efektif dan berbahaya membiarkan anak-anak ini keluar rumah atas nama ‘pergi ke sekolah’ 3 kali seminggu, dan hanya menghabiskan 3 jam benar-benar di sekolah, dan sisa jamnya mereka gunakan untuk keluyuran.
Lebih mengenaskan lagi, pengadaan sinyal wifi di komunitas akhirnya membuat anak-anak ini juga keluar rumah, bahkan berkerumun di titik-titik kawasan tertentu, bercengkrama menggunakan gawai masing-masing dengan masker melorot.
Kalau begini jadinya, bukankah lebih baik sekalian saja mereka disekolahkan seperti biasa?
Baca juga: Covid-19: Ujian Kesehatan, Kesadaran, dan Kewarasan
Mungkin belum terlambat mengembalikan fokus kesehatan di ranahnya. Izinkan panggung utama itu menggelar pertunjukan sesungguhnya.
Virus ini tidak akan melemah dengan berjalannya waktu. Belum ada bukti absah yang bicara soal itu.
Negara-negara yang kasus barunya mendekati nol terbukti sebagai negri yang mampu mengendalikan laju penularan, bukan karena virusnya melemah – justru si virus bertingkah dengan mutasi dan mengganas.
Negara-negara itu mampu mendidik masyarakatnya dan mengontrol suara semua panggung yang bicara soal Covid-19.
Mengontrol tidak sama dengan membungkam hak bicara dan berinovasi. Tapi kedua hak itu diletakkan kembali ke jalur yang baik dan benar.
Tidak mungkin memperjuangkan hak dengan melanggar hak hidup itu sendiri.
Baca juga: Dipaksa, Terpaksa, Lalu Bisa, Kemudian Biasa hingga Jadi Budaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.