KOMPAS.com - Diet keto menjadi salah satu pola makan yang paling populer di dunia. Pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat ini memiliki banyak pengikut karena dianggap mampu menurunkan berat badan dengan cepat.
Keberhasilan diet ketogenik sebetulnya bergantung pada penyesuaian metabolisme tubuh kita dengan konsumsi makronutrien dalam jumlah tertentu.
Mendapatkan asupan kalori dari 75 persen lemak, 20 persen protein, dan hanya 5 persen karbohidrat akan memaksa tubuh memasuki kondisi metabolisme yang disebut ketosis, di mana lemak akan dibakar untuk bahan bakar.
Meski diet keto dianggap tidak menyiksa, tetapi diet keto tidak untuk semua orang.
Faktanya, mengubah asupan gizi makro secara drastis dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Banyak ahli kesehatan juga telah mengingatkan bahwa keto bukanlah solusi jangka panjang yang sehat untuk menurunkan berat badan.
Tapi, bagaimana kita mengetahui bahwa diet keto yang dijalankan tidak cocok dengan tubuh kita? Kapan kita tahu harus berhenti?
Baca juga: Diet Keto, Lebih Banyak Risiko atau Manfaatnya?
1. Mual atau muntah
Banyak orang melaporkan mengalami mual dan muntah, sebagian juga merasakaan pusing dan lemah beberapa saat setelah memulai keto. Kondisi ini dinamakan keto flu.
Jika kamu tidak siap mengalami gejala-gejala tersebut, kamu mungkin sebaiknya tidak mencoba pola makan ini.
"Keto flu cukup umum terjadi dan dapat berlangsung beberapa hari hingga satu atau dua minggu," kata ahli diet Anne Danahy, MS, RDN, seperti dilansir eatthis.com.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.