KOMPAS.com - Kehidupan memang penuh dengan momen-momen pemicu stres. Ada banyak faktornya, mulai dari kesehatan, hingga kekhawatiran untuk menyeimbangkan uang dan keluarga.
Psikolog Susan Albers, PsyD mengungkapkan, yang paling sering diungkapkan kliennya adalah sulit mengalihkan pikiran. Kondisi itu membuat mereka sulit untuk rileks.
"Tapi kita perlu memandang rileks bukan sebagai titik perhentian, melainkan jeda yang dibutuhkan," ungkapnya, seperti dilansir Cleveland Clinic.
Meskipun kita tahu bahwa relaksasi bermanfaat, mungkin banyak yang bingung di mana harus memulai.
Menurut Dr. Albers, banyak dari kita yang fokus pada ritme kehidupan yang serba cepat, membuat kita terbiasa menekankan kepada diri sendiri untuk terus melakukan sesuatu.
"Akibatnya, berhentinya waktu terasa asing atau tidak nyaman bagi kita," tambahnya.
Di masa pandemi ini, banyak orang kaget dengan situasi. Di awal pandemi, banyak orang baru menyadari adanya gagasan untuk bersantai.
Karena tidak terbiasa, itu membuat mereka kebingungan dan tidak melakukannya, bahkan setelah mereka punya waktu luang yang cukup.
Relaksasi selama ini dipandang sebagai suatu kemewahan, bukan keharusan.
"Tidak banyak orang yang akan berkata, 'Mari jadwalkan waktu relaksasi untuk hari ini.' Dan kebanyakan dari kita tidak pernah diajari keterampilan relaksasi sejak masih kecil," kata Dr. Albers.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.