Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2021, 08:40 WIB
Lusia Kus Anna

Editor


KOMPAS.com – Walau pun sama-sama menyerang jantung, tetapi gangguan irama jantung (aritmia) tidak sepopuler penyakit jantung koroner. Padahal, aritmia yang diabaikan dapat meningkatkan risiko stroke dan kematian mendadak.

Menurut penjelasan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Sunu Budhi Raharjo, aritmia terjadi karena gangguan produksi impuls atau tidak normalnya penjalaran impuls listrik ke otot jantung. Jadi, irama jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tak teratur.

Ada beberapa jenis aritmia, tetapi yang sering dijumpai adalah Fibrilasi atrium (FA), yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur.

“Di Indonesia, penyakit ini diderita sekitar 2 juta orang,” kata Sunu dalam acara webinar yang diadakan pusat layanan jantung Heartology beberapa waktu lalu.

Gejala utama aritmia adalah jantung berdebar-debar, pingsan, pusing, hingga kematian mendadak.

Baca juga: Jangan Sepelekan Keluhan Jantung Berdebar, Waspadai Aritmia

Teknologi 3D

Teknologi dan terapi pengobatan airtmia telah berkembang pesat sehingga kefatalan dari penyakit ini bisa dicegah.

Jika dulu kondisi ini hanya diatasi dengan obat-obatan, kini rekomendasi utama untuk aritmia FA adalah dilakukan ablasi, yaitu memasukkan kateter untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung.

Hanya saja, menurut Sunu, sekitar 20-30 persen akan terjadi kekambuhan pasca-ablasi.

“Penyebabnya karena teknologi lama menggunakan kateter bipolar sehingga ada bagian yang terlewat dan tidak diablasi. Nah, dengan teknologi baru yaitu HD Grid 3D Mapping System, jumlah elektrodanya banyak dan tingkat akurasinya sampai 7 kali lipat,” papar Sunu.

Baca juga: Aritmia, Penyakit Serius yang Dokter Spesialisnya Hanya 26 Orang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com