Bagi anak kelas I-II besarnya uang jajan yang bisa mereka belanjakan hanya Rp 40.000, sementara untuk kelas III-VI diperbolehkan belanja hingga Rp 55.000.
"Ini untuk melatih anak mengelola keuangan, dan belajar tentang mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan," ungkap Jasmin.
Selain berbelanja, anak-anak tentu dapat melepas rindu dengan berjalan-jalan di halaman sekolah, bahkan sampai ke lapangan di rooftop.
"Aku jalanin virtual tour itu lumayan kerasa di sekolah sih. Agak 'cirambay' dikit (menangis tapi keluar air mata sedikit)."
"Cakep effort-nya," kata Tasha Panggabean salah satu orangtua murid.
Dia merasa, fasilitas virtual tour cukup mengobati kerinduan karena sudah setahun terakhir terpaksa tak belajar di sekolah, akibat pandemi yang belum juga usai.
"Anakku sih happy banget, dia jalan-jalan atas bawah," sambung Tasha.
Baca juga: Anak Lalai Kerjakan Tugas Sekolah Daring, Orangtua Harus Apa?
"Menghadirkan kehangatan yang biasanya dirasa langsung itu kan gak gampang. Tapi kemarin itu kayak masih bisa kerasa seru-seru, heboh-hobohnya business day gitu," cetus dia lagi.
Keriuhan hajatan kian hangat terasa, karena pada saat yang bersama digelar pula sesi pembukaan acara melalui fasilitas Zoom.
Di sana, anak-anak yang bertugas mempromosikan barang dagangan, melakukan presentasi lengkap dengan poster dan kostum yang menarik di hadapan para "pengunjung".
Di saat-saat mikropon dibuka, terdengarlah suara ratusan anak-anak itu bersahut-sahutan mengomentari acara dan juga produk-produk kreasi mereka.
Suasananya, kata Tasha, terdengar persis seperti yang terjadi ketika business day digelar secara konvensional.
“Rasanya satu sekolah seperti satu keluarga yang saling membantu untuk memberikan pemelajaran terbaik untuk anak-anak," kata Gaby -demikian dia biasa disapa.
Orangtua dengan tiga anak yang bersekolah di Gemala Ananda ini, menyebut dalam tempo enam minggu kerja kepanitiaan, semua pihak berkontribusi dengan cepat.
"Anak-anak punya perannya masing-masing. Bahkan staf pramubakti pun berperan di acara ini."
"Mereka menyiapkan ruangan-ruangan kelas yang perlu difoto untuk kebutuhan konten tur virtual," kata Gaby.
Baca juga: Demi Pacu Konsentrasi, Ajak Anak Bergerak Jelang Sekolah Online
Selain memiliki tiga anak yang harus tetap didampingi dalam program belajar mandiri (PBM), Gaby pun masih bekerja sebagai freelancer di bidang minyak dan gas.
Dengan kesibukan yang tak sedikit itu, Gaby toh masih bersedia memberikan waktunya untuk urusan kepanitiaan di sekolah.
"Kalo dari saya sih, ya ngerasa kayanya emang ini jadi kesempatan buat membantu keluarga Gemala aja gitu," kata Gaby.
Tentu saja, -tak hanya Gaby, masih ada sekian orangtua murid yang bersatu hati berkontribusi untuk mewujudkan kehangatan acara ini.
"Kami -pihak sekolah, enggak punya sumber daya, dan bahkan enggak punya bayangan untuk mewujudkan semua ini," kata Jasmin.
Jasmin menceritakan betapa pandemi membuat dia dan tim manajemen sekolah awalnya hanya membayangkan untuk menggelar business day dengan cara sederhana.