Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2021, 20:09 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika menikah, kita biasanya mengharapkan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan penuh cinta bersama pasangan.

Oleh sebab itu, kita pasti akan melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya konflik yang mengakibatkan kegagalan dalam pernikahan.

Namun, terlepas dari semua ini, banyak juga pernikahan yang pada akhirnya berujung pada kegagalan.

Hal-hal menjadi lebih buruk ketika pasangan mulai menunjukkan perilaku yang kasar dan membuat kita bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi.

Baca juga: Cara Tepat Tanamkan Pemikiran Anti Kekerasan Seksual pada Anak

Nah, berikut adalah beberapa alasan mengapa pasangan kita mulai berubah sikap hingga bahkan sampai hati melakukan kekerasan.

1. Terpicu pemikiran tidak benar

Dalam hubungan yang penuh kekerasan, pertengkaran sering menyebabkan pelaku mengalami serangkaian pemikiran yang benar-benar merusak orang lain.

Selama pertengkaran dalam pernikahan, pelaku kekerasan mulai berpikir bahwa orang lain tidak menghormatinya.

Sehingga, pelaku kekerasan berpikir bahwa dia perlu melakukan sesuatu agar dia tidak terlihat lemah di depan pasangan yang memicu kekerasan bisa terjadi.

2. Ketidakmampuan untuk mentoleransi rasa sakit

Sulit bagi semua orang untuk disakiti oleh orang yang dicintai dan telah berkomitmen dalam sebuah pernikahan.

Namun, hidup dengan seseorang, berbagi stres sehari-hari, dan kesulitan tak terduga pasti akan menyebabkan rasa sakit, terluka serta kecewa.

Baca juga: Pesan Anti Kekerasan Seksual dalam Produk Terbaru The Body Shop

Dalam kasus pelaku kekerasan, dia tidak bisa mentoleransi adanya rasa sakit dari perbuatan salah yang dilakukan oleh pasangan.

Sehingga, dia akan menunjukkan perilaku kasar dan bereaksi terhadap rasa sakit dengan menimbulkan rasa sakit pada orang lain.

3. Tumbuh dalam keluarga yang kasar

Banyak pelaku kekerasan memiliki trauma masa kecil dalam sejarah pribadi keluarganya.

Demikian pula, banyak korban kekerasan yang juga sering berasal dari keluarga yang dinamikanya toksik dan penuh dengan kekerasan psikologis atau fisik.

Dengan cara itu, baik suami maupun istri secara tidak sadar menganggap kekerasan dalam pernikahan sebagai hal yang normal, bahkan mungkin sebagai ungkapan kedekatan dan kasih sayang.

Baca juga: Ungkap Identitas Pelaku Kekerasan Seksual Online Bukan Solusi Bijak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com