Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Trigeminal Neuralgia, Keluhan Nyeri Berat akibat Kelainan Saraf

Kompas.com - 08/10/2021, 18:44 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Nyeri merupakan sinyal tubuh ada sesuatu yang salah dalam jaringan tubuh. Namun, dokter seringkali kesulitan mencari penyebab rasa nyeri. Termasuk serangan nyeri Trigeminal Neuralgia yang disebabkan kelainan saraf.

Rasa nyeri yang dirasakan penderita Trigeminal Neuralgia sangat hebat. Ada yang merasakan rasa nyeri seperti tertusuk jarum di wajah, ada yang menggambarkannya sebagai sengatan listrik, atau pun kesemutan pada satu sisi wajah.

Ciri khas penyakit ini memang hanya muncul pada satu sisi wajah, bisa kanan atau kiri, dan muncul dalam hitungan detik sampai menit.

Begitu hebatnya nyeri ini, seringkali penderitanya merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Tak heran jika penyakit ini dijuluki sebagai suicide disease (penyakit bunuh diri).

Trigeminal neuralgia pertama kali ditemukan oleh John Fothergill dua setengah abad yang lalu, pada tahun 1773. Karenanya penyakit ini juga dikenal dengan Fothergill’s disease.

Baca juga: Perubahan Gaya Hidup untuk Redakan Nyeri Akibat Migrain

Begitu mendadaknya serangan yang ditimbulkan kelainan saraf ini, dokter saraf dari Prancis, Nicolas Andre (abad ke 17), menamai penyakit ini sebagai tic douloureux, yang dalam bahasa Perancis berarti kejutan menyakitkan.

Organisasi kesehatan yang mendalami nyeri, International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan trigeminal neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba, biasanya sebelah wajah, terasa tajam, hebat, singkat, dan berulang dengan distribusi pada satu atau lebih cabang dari saraf trigeminal.

Saraf trigeminal sendiri adalah saraf kelima pada otak yang menghantarkan sensasi dari wajah dan rongga mulut. 

“Nyeri ini memiliki tanda khas yakni hanya terjadi pada salah satu sisi wajah saja dan area yang terserang nyeri sesuai dengan sati atau lebih cabang saraf trigeminal,” jelas dr. Mustaqim Prasetya, Sp.BS atau dokter Tyo, dalam acara webinar memeringati ‘International Trigeminal Neuralgia Awareness Day’ yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober.

Ia menambahkan, rasa nyeri Trigeminal Neuralgia biasanya hilang timbul dan muncul di bagian pipi, rahang, gigi, gusi, dan bibir. Hal ini kemudian membuat penderita menyangka mereka mengalami sakit gigi dan tak jarang berobat ke dokter gigi.

“Tak sedikit yang giginya sudah melalui perawatan bahkan ada yang dicabut beberapa buah tapi tetap saja serangan nyeri masih dirasakan,” katanya.

Baca juga: Infeksi Gigi Berlubang Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Menempel pembuluh darah

Saraf trigeminal atau saraf otak kelima ini bersinggungan atau menempel secara tidak sengaja dengan pembuluh darah. Karena pembuluh darah ini selalu berdenyut, otomatis saraf akan selalu tertekan dan ini yang menjadi sumber nyeri.

“Gesekan tersebut dapat merusak lapisan myelin atau lapisan pelindung saraf sehingga memicu munculnya cetusan listrik tiba-tiba yang terasa seperti tertusuk, tersayat, terbakar atau kesetrum. Seolah-olah nyerinya berasal dari gigi atau kulit wajah, padahal bukan itu sumber masalahnya,” kata Tyo.

Perlu diingat pula, bahwa nyeri wajah tidak melulu hanya disebabkan trigeminal neuralgia.

Migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala kluster, glaukoma, sinusitis, temporomandibular joint pain (TMJ), dan masalah gusi juga bisa menyebabkan nyeri pada wajah.

Walaupun kecurigaan nyeri wajah akibat trigeminal neuralgia berdasarkan riwayat penyakit pasien, untuk memastikannya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu MRI, guna memastikan diagnosis dan menyingkirkan penyakit lain yang bukan trigeminal neuralgia.

Baca juga: 7 Tanda Kerusakan Saraf

Pengobatan trigeminal neuralgia

Serangan nyeri berat berulangkali bukan saja mengakibatkan penderitaan, tetapi mengganggu produktivitas kerja karena penderita tak mampu melakukan apa-apa selain menahan nyeri.

Pengobatan atau penanganan trigeminal neuralgia biasanya dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah dengan pemberian obat antiepilepsi.

Bila nyeri masih ada dan tidak ada perbaikan, maka akan dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis atau mengombinasikan obat.

Bila hal-hal tersebut tak kunjung meringankan nyeri, maka dokter akan menganjurkan tindakan bedah mikro, yang dinamakan MVD (MicroVascular Decompression).

Tyo menjelaskan, di RS Pusat Otak Nasional, bisa dilakukan tindakan MVD. Tindakan ini tergolong bedah minimal dengan hasil yang lebih manjur. Angka bebas nyeri pascatindakan mencapai 90 persen.

MVD ini merupakan pilihan pengobatan utama dan tidak ada pantangan usia atau tidak ada batasan usia, selama kondisi kesehatan memungkinkan dilakukan tindakan pembedahan.

“Pasien tertua yang pernah kami tangani dengan MVD berusia 85 tahun dan beliau sangat bersyukur karena nyeri trigeminal neuralgia yang beliau alami dapat teratasi.”

Baca juga: Sebagian Pasien Covid-19 Juga Mengalami Gangguan Saraf

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com