Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Berburu Kiat Sehat Tanpa Obat

Kompas.com - 29/10/2021, 20:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Hingga hari ini, kita bisa melihat merebaknya kembali ‘cara-cara kuno’ saat ilmu kedokteran belum semaju sekarang, mulai dari penggunaan metabolit sekunder rempah hingga aneka kasta madu berdesak-desakkan merebut pangsa pasar.

Apalagi di masa pandemi seperti ini, ricuhnya aneka informasi promosi jurus mendongrak kekebalan tubuh.

Logika berpikir dan literasi menjadi tantangan di negri ini. Belum lagi malas evaluasi dan lompat cari solusi.

Sementara penyakit belum teratasi, foya-foya gaya hidup semakin ngeri. Kemampuan melihat kearifan dan kebenaran, apabila tidak diasah sejak dini akan memporakporandakan masa depan.

Sebut saja istilah ‘makan enak’. Apa sih kriteria makanan disebut enak? Padahal sejujurnya makanan itu netral. Menjadi enak karena diajarkan dan dibiasakan.

Bagi orang Jepang, ikan mentah enak. Cobalah beri ikan mentah ke orang Jawa asli.

Baca juga: 3 Cara Sederhana Sembuhkan Diare Tanpa Obat

Setiap kearifan lokal mempunyai tujuan dan keluhuran – yang saat ini menjadi luntur hingga sebatas reka rasa lidah.

Lebih gawatnya lagi, atas nama globalisasi lidah diplintir oleh para pencipta rasa yang bermain dengan racikan kemasan dan botolan – alias produk ultra proses.

Demi kepraktisan dan kewarasan katanya – sebab generasi masa kini mendewakan waktu untuk mencari kesenangan, bukan kearifan.

Dan mari kita lihat lingkaran setannya, industri pangan berkelit-kelindan dengan industri kesehatan.

Keduanya melibatkan sejumlah uang dalam jumlah fantastis. Yang apabila sedikit kebaikan dan kearifan kita mau terapkan, maka uang itu bisa digunakan demi masa depan yang lebih menjanjikan.

Ketimbang ‘menikmati gaya hidup mewah sebatas lidah’, tapi miskin makna dan akhirnya berujung ‘kebutuhan berobat tanpa tobat’.

Tapi anehnya, apabila nyawa sudah jadi taruhan, maka obat kembali dipersalahkan dan manusia mulai mencari cara-cara ‘alami’. Hal yang paling absurd di luar akal.

Suka tidak suka, kita sekarang berada di era saat ibu-ibu muda tidak lagi paham cara membuat santan dari kelapa, sebab yang instan sudah tersedia.

Keluarga-keluarga melewatkan sarapan bersama, karena kepala keluarga sudah berangkat kerja dan sang ibu berdiet demi tubuh ideal.

Pasien ke dokter bukan untuk memeriksakan diri, tapi menodong resep habis periksa lab mandiri.

Kadang saya menjadi begitu skeptis dengan masa depan yang lebih baik, apabila kita tidak sungguh-sungguh mulai menata hidup dan mengembalikan segala sesuatunya kepada apa yang seharusnya.

Dengan hidup lebih sehat sesuai kodrat, rakyat Indonesia seyogyanya mampu keluar dari jeratan lingkaran kesesatan.

Baca juga: 6 Tanaman Obat dan Manfaatnya, Bantu Jaga Imun di Masa Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com