Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2022, 07:07 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak masa kanak-kanak, emosi seseorang tumbuh dan berkembang, kemudian ia mulai belajar mengekspresikan diri.

Pada masa itu pula, trauma bisa timbul akibat pengalaman buruk yang dialami anak. Trauma tersebut akan terbawa sampai anak menjadi dewasa.

Sebagian besar trauma masa kecil diawali dari konflik di rumah. Misalnya, kita melihat konflik antara ayah dan ibu yang saling berteriak atau membentak setiap hari.

Dari peristiwa tersebut, kita pun belajar meniru cara yang dilakukan orangtua dalam mengatasi konflik.

Psikolog Nicole LePera menjelaskan bagaimana trauma masa kecil memengaruhi cara individu menghadapi konflik dalam hubungan.

"Menyaksikan orangtua yang secara emosional belum matang dan tidak mampu mengatasi konflik akan berdampak jangka panjang pada kita," kata dia.

"Peristiwa tersebut juga memberikan dampak pada sistem saraf kita."

"Kita berpotensi memasuki keadaan imobilisasi di mana kita menutup diri, menjadi sangat reaktif secara emosional atau tidak dapat berpikir, atau memisahkan diri dari konflik," sambung wanita itu.

Baca juga: Trauma Masa Kecil Picu Kebiasaan Gonta-ganti Pasangan, Benarkah?

Ia melanjutkan, konflik adalah hal yang sangat umum dalam hubungan antar manusia dan menjadi bagian integral dari sifat manusia.

Namun, konflik tidak selalu berdampak negatif pada hubungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com