Hasil ini ditentukan dengan memertimbangkan lingkar pinggang, indeks massa tubuh, lemak tubuh, massa tubuh tanpa lemak, tekanan darah, dan faktor risiko metabolik peserta.
Ditemukan, pola makan yang dibatasi waktu atau diet intermiten tidak lebih bermanfaat daripada pembatasan kalori harian dalam hal penurunan berat badan, lemak tubuh, atau faktor risiko metabolik.
Studi terbaru ini mendukung temuan sebelumnya yang diungkap dalam jurnal JAMA Internal Medicine.
Baca juga: Diet Puasa Berdampak pada Kesehatan Mental, Bagaimana Bisa?
Dalam temuan tersebut, peneliti melakukan uji klinis acak yang melibatkan 116 orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
Para peneliti menyimpulkan, diet intermiten dikaitkan dengan penurunan berat badan yang sangat sedikit, sekitar 1,17 persen.
Angka itu tidak berbeda jauh dengan penurunan berat badan sebesar 0,75 persen pada kelompok kontrol.
Hal ini membuktikan, pola makan yang dibatasi waktu seperti diet intermiten tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.
Juga, diet tersebut tidak memiliki manfaat untuk penyakit kardiometabolik --resistensi insulin, sindrom metabolik dan pradiabetes-- hingga kondisi yang lebih parah seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.