Dalam keadaan pikiran reseptif ini, seseorang individu menjadi sadar akan pikiran dan perasaan negatifnya dan mampu bersamanya apa adanya, tanpa melawan atau menyangkalnya, dapat mengenali saat dirinya menderita, tanpa segera berusaha memperbaiki perasaannya dan membuatnya pergi.
Dapat dipahami bahwa dinamika kehidupan seseorang dapat diwarnai oleh berbagai hal, antara lain: pengalaman suka dan duka, keberhasilan atau kegagalan, maupun kebahagiaan atau penderitaan.
Jika saja dapat memilih, kemungkinan orang akan memilih untuk senantiasa hidup bahagia, sukacita, dan penuh dengan keberhasilan.
Namun kita dapat sama-sama belajar dari peristiwa pandemi yang melanda seluruh belahan dunia saat ini, sebagai contoh yang signifikan tentang hadirnya pengalaman yang tidak menyenangkan bagi banyak orang secara global.
“Hilangnya” sejumlah anggota keluarga, relasi, rekan dan sahabat akibat terpapar COVID-19 telah menorehkan luka dan kenangan yang tidak meyenangkan pada sejumlah orang, sehingga bukan saja berdampak pada kesejahteraan fisik namun juga kesejahteraan psikologis mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, perceraian, tindakan kekerasan baik secara fisik maupun verbal, dan kegagalan dalam studi, karir, serta area kehidupan lainnya juga merupakan kontributor lain yang dapat menimbulkan serangkaian kesulitan dan penderitaan bagi orang yang mengalaminya.
Oleh karenanya Ewert, Vater, dan Scröder-Abé (2021) mengatakan bahwa memiliki welas diri penting untuk dapat memahami mekanisme dalam mengatasi stres dan banyaknya tuntutan kehidupan.
Dengan welas diri tinggi seorang individu akan memiliki kesejahteraan psikologis, antara lain: lebih optimis, tidak mudah cemas, memiliki harapan masa depan dan tidak memiliki keinginan untuk bunuh diri, tidak memiliki masalah dengan pengejaran harga diri (self-esteem), memiliki emosi yang lebih stabil, paham cara coping yang tangguh (resilient), berperilaku sehat, dan lebih banyak kasih sayang untuk orang lain (Neff, 2016).
*Silvia Theresia, Mahasiswa Prodi Magister Psikologi Sains Universitas Tarumanagara
Sri Tiatri, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara