Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Tak Puas pada Hasil Selfie? Ini Alasan Psikologisnya...

Kompas.com - 26/08/2022, 18:21 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Selfie sudah menjadi aktivitas favorit banyak orang di era smartphone ini.

Kita melakukannya saat bangun tidur, habis potong rambut, setelah mengenakan make up atau saat ingin mengecak kondisi kesehatan kulit.

Namun setelah mengambil foto dengan pose terbaik, kita seringkali kecewa dengan hasilnya.

Ada saja kekurangannya yang membuat kita tidak puas pada hasil selfie tersebut dan batal mengunggahnya di media sosial.

Baca juga: Memposting Selfie di Instagram Membuat Lebih Bahagia?

Rupanya, ini sudah menjadi fenomena tersendiri yang memiliki alasan psikologis di baliknya.

Kita bukan hakim yang objektif, termasuk soal selfie

Aenne Brielmann, Ph.D., psikolog dan peneliti kecantikan di Jerman mengatakan ada beberapa faktor psikologis yang berperan dalam fenomena ini.

Pertama, kita cenderung memiliki harapan tertentu saat berniat mengambil selfie yang sempurna.

"Setiap kali kira mengevaluasi sesuatu - apakah itu keindahan, rasa, apa yang Anda miliki - itu tidak pernah didasarkan pada nilai absolut yang dimiliki benda itu," katanya.

Artinya, foto kita tidak secara objektif baik atau buruk maupun layak diunggah atau tidak, jika kaitanya dengan media sosial.

"Sebaliknya, evaluasi kita selalu relatif terhadap harapan ita," kata Brielmann.

Baca juga: Remaja Hobi Selfie, Kapan Perlu Dikhawatirkan?

Menurutnya, kebanyakan dari kita sebenarnya memiliki harapan yang cukup tinggi untuk diri kita sendiri, selama sesuatu seperti depresi klinis tidak berperan.

"Jika kita berharap foto kita lebih baik dari rata-rata, dan kita mendapatkan foto rata-rata, kita cenderung kecewa," katanya.

"Itu sebenarnya foto yang bagus, tapi kita berharap memiliki foto yang lebih bagus."

Di sisi lain, Brielmann mengatakan ekspektasi yang tinggi cenderung mengundang kekecewaan dan banyak penilaian.

"Jika kita mencari hal-hal buruk, maka kita akan menemukannya," kata Brielmann.

Baca juga: Foto Selfie Membunuh Lebih Banyak Orang Ketimbang Serangan Ikan Hiu

Ada efek nostalgia dalam sebuah foto

Ilustrasi selfie, selfie di dekat rel kereta apiShutterstock Ilustrasi selfie, selfie di dekat rel kereta api
Brielmann mengatakan kita juga mengevaluasi potret selfie tak hanya berdasarkan penampilannya saja namun juga nostalgia yang tersimpan di dalam otak.

Ketika kita cenderung mengenang momen indah maka itu berpengaruh positif pada penilaian soal selfie tersebut.

"Kita cenderung membuang kenangan negatif, selain kenangan yang sangat tidak menyenangkan dan ancaman nyata," katanya.

Contohnya ketika melihat foto yang diambil saat masa sekolah maka kita akan mengenang indahnya momen di kala itu.

Baca juga: Orang yang Sering Unggah Selfie Cenderung Dipandang Kurang Sukses

"Suasana hati kita memengaruhi cara kita memandang diri kita sendiri," tegas Pamela K. Keel, Ph.D., profesor riset di Florida State University.

"Jadi, suasana hati yang buruk dapat berkontribusi pada persepsi ketidaksempurnaan yang meningkat."

Selain itu, sifat statis foto membuat kita lebih mencermati hal-hal yang detail, yang biasanya luput dari perhatian.

"Dalam kehidupan nyata, kita terus bergerak, dengan perubahan ekspresi wajah dan posisi tubuh yang mendorong kita untuk melihat diri kita sebagai keseluruhan komposisi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com