Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 11 September 2022, 16:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi atasan yang buruk, apalagi bekerja untuk atasan yang buruk.

Seorang pakar dari Harvard Business School dan mantan CEO perusahaan teknologi medis Medtronic, Bill George menghabiskan waktu hampir 20 tahun mempelajari kegagalan kepemimpinan di tempat kerja.

Menurut dia, para atasan pasti akan memiliki karir yang hancur ketika mereka kehilangan keyakinan, nilai, dan tujuan yang dipegang teguh sebagai pemimpin.

Baca juga: 6 Trik Bekerja Jika Bos Lebih Muda

Apalagi, sifat-sifat itu dapat membantu membimbing seorang pemimpin untuk membuat keputusan yang baik dan tentu saja memimpin secara efektif.

"Sifat-sifat itu yang membuat kita otentik dan orang-orang secara alami ingin mengikuti pemimpin yang otentik," kata dia.

George juga mencatat, kehilangan pandangan terhadap nilai-nilai tidak ada hubungannya dengan seberapa pintar kita.

Hal ini terjadi ketika kita terganggu oleh motivasi ekstrinsik seperti uang, ketenaran, dan kekuasaan yang semuanya akan mengorbankan kompas moral.

Bermacam model bos yang buruk

George dan rekannya kemudian mencoba mengidentifikasi lima model atasan yang mungkin telah kehilangan nilai-nilai penting sebagai pemimpin.

Kondisi itu lantas menjadikan yang bersangkutan sebagai atasan yang buruk dan toksik.

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak ciri-cirinya sebagai berikut, sebagaimana dilansir laman CNBC.

Baca juga: 3 Tips Jadi Menonjol di Kantor Baru, dan Membuat Bos Terkesan

1. Imposter

"Para imposter biasanya berjuang tanpa henti untuk mencapai posisi puncak di sebuah organisasi atau perusahaan dengan pesona maupun ide-ide yang menarik," kata George.

Tetapi begitu sampai ke puncak, mereka tidak tahu bagaimana cara memimpin secara efektif karena mereka tidak memiliki rasa kesadaran diri.

Ciri atasan seperti ini tidak memiliki gambaran yang akurat tentang karakter, tindakan, atau perasaan mereka sendiri, sehingga mereka harus berjuang untuk mengenali bagaimana orang lain melihat mereka.

Padahal, kesadaran diri dapat membantu para atasan memahami apa yang benar dan salah dalam kepemimpinan mereka.

Ini juga menunjukkan kepada mereka bagaimana tindakan mereka dapat membantu atau menyakiti karyawan, dan apa yang dapat mereka tingkatkan untuk memimpin dengan lebih efektif.

2. Terlalu rasionalis

George mengungkapkan, para rasionalis selalu ingin terlihat seperti mereka selalu berada di puncak dari semua yang mereka lakukan.

Mereka juga suka menyangkal dan tidak pernah mau mengakui atau belajar dari kesalahan, alih-alih merasionalisasi kesalahan mereka dengan menyalahkan orang lain.

Contoh yang sering digunakan George adalah Rajat Gupta, mantan mitra pengelola perusahaan konsultan global McKinsey.

Baca juga: Cara Mengenali Calon Bos yang Buruk dari Sesi Wawancara Kerja

George bahkan mengenal Gupta secara pribadi karena mereka pernah menjabat bersama di tiga dewan direksi, termasuk Goldman Sachs pada tahun 2008.

Pada tahun 2012, Gupta dijatuhi hukuman dua tahun penjara setelah berbagi informasi dengan orang dalam tentang investasi 5 miliar dollar AS (Rp 74 triliun) yang dilakukan Warren Buffett di Goldman kepada Raj Rajaratnam.

Raj Rajaratnam adalah pendiri firma manajemen hedge fund Galleon Group.

Rajaratnam kemudian menggunakan informasi itu untuk melakukan perdagangan orang dalam yang menghasilkan keuntungan haram sebesar 90 juta dollar AS (Rp 1,3 triliun).

"Gupta sejak itu mempertahankan ketidakbersalahannya dan justru menyalahkan Rajaratnam karena menjadikannya korban dalam skandal itu," ungkap George.

"Sikap tersebut telah melukai kemampuan Gupta untuk memimpin secara efektif sejak keluar dari penjara. Ini adalah bukti bahwa dia tidak bisa, atau tidak mau, belajar dari kesalahannya," tambah dia.

3. Pencari kesuksesan semata

Orang-orang yang hanya mencari kesuksesan atau kejayaan semata hanya mendefinisikan nilai berdasarkan jumlah uang yang mereka hasilkan dan berapa banyak gelar terkemuka yang bisa dikumpulkan.

Mereka memprioritaskan ketenaran dan kekayaan pribadi daripada membangun organisasi dengan nilai yang langgeng, serta tidak pernah benar-benar puas dengan apa yang mereka miliki.

Baca juga: 6 Tips untuk Hadapi Bos yang Doyan Marah

George menunjuk Greg Lindberg, pendiri perusahaan ekuitas swasta Global Growth, yang memulai dengan strategi yang sukses untuk mengakuisisi bisnis yang rusak dan menumbuhkan pendapatan mereka.

"Pada akhirnya, itu tidak cukup baik baginya. Jadi, dia mulai mengakuisisi bisnis asuransi dengan tujuan meminjamkan aset mereka ke bisnis lain yang dimilikinya, sebuah proses yang dibatasi oleh undang-undang di berbagai negara bagian," sebut George.

Sayangnya, pada tahun 2020, Lindberg dijatuhi hukuman lebih dari tujuh tahun penjara karena penyuapan dan konspirasi untuk melakukan penipuan setelah mencoba menyuap komisaris asuransi North Carolina untuk membengkokkan undang-undang tersebut demi kepentingannya.

4. Penyendiri

Penyendiri tidak selalu sama dengan introvert.

Menurut George, para penyendiri berpikir bahwa mereka bisa melakukan semuanya tanpa orang lain dan sering kali memilih untuk menolak umpan balik atau saran yang mereka terima dari karyawan hingga mentor.

"Akibatnya, mereka rentan terhadap kesalahan dan membuat organisasi mereka gagal," kata George.

5. Shooting star

Ciri atasan shooting star biasanya akan fokus sepenuhnya untuk maju.

Baca juga: 7 Kalimat yang Tak Boleh Diucapkan Bos pada Bawahan, Apa Saja?

"Mereka sering melompat ke posisi pekerjaan, organisasi, atau tujuan berikutnya tanpa meluangkan waktu untuk belajar dari kesalahan mereka," tutur George.

Dia juga mengatakan, strategi ini membantu mereka naik dengan cepat, tetapi mereka tidak layak untuk memimpin, yang pada akhirnya jatuh dan terbakar dengan cepat.

Salah satu contohnya adalah pendiri Uber, Travis Kalanick, yang bisa naik dan turun dengan cepat.

Kalanick berfokus untuk terus maju, yang berarti memprioritaskan pertumbuhan dan keuntungan aplikasi online-nya tersebut.

Pada awalnya itu membawa kesuksesan yang cepat. Hal ini juga memungkinkan kejatuhannya yang menakjubkan hanya delapan tahun setelah dia mendirikan perusahaan itu.

Pada tahun 2017, Uber dilanda kontroversi atas budaya tempat kerja toksik yang dia kembangkan, keluhan pelecehan seksual, serta regulator yang mengklaim bahwa Uber melanggar undang-undang transportasi.

Di tahun yang sama, Kalanick pun akhirnya mengundurkan diri di bawah tuntutan dari lima investor utama Uber.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau