Secara umum, orangtua seperti itu selalu berusaha mencari kekurangan anak untuk menurunkan harga dirinya.
Banyak orangtua yang narsistik memiliki citra diri yang salah dan merasa sombong tentang siapa mereka dan apa yang dilakukan.
Orang yang berada di sekitar mereka seringkali tidak dianggap sebagai "manusia" tapi dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan pribadi.
Perilaku buruk tersebut juga berpotensi dirasakan anak sehingga mereka tidak diperlakukan sebagaimana mestinya.
Orangtua yang narsistik selalu fokus pada dirinya dan berusaha menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka istimewa.
Mereka suka memamerkan apa yang dianggapnya spesial di hadapan orang lain, seperti harta benda, pencapaian, atau penampilan fisik.
Seringkali juga, orangtua yang narsistik berusaha mencari perhatian dan sanjungan supaya egonya meningkat.
Apabila orangtua seperti itu berkumpul dengan orang lain, mereka dapat membangga-banggakan dengan siapa mereka berjejaring.
Baca juga: Inilah yang Dilakukan Seorang yang Narsistik di Akhir Hubungan
Orangtua narsistik berharap orang lain yang mendengar ceritanya merasa iri dengan pencapaiannya.
Orangtua narsistik dapat memanipulasi perasaan anak sehingga hal buruk yang terjadi seolah-olah disebabkan oleh si buah hati.
Contohnya menyalahkan anak atas citra keluarga yang buruk atau memojokkan anak ketika orangtua narsistik tidak bahagia.
Orangtua dengan kondisi mental seperti ini perilakunya kaku ketika membesarkan anak.
Orangtua narsistik dapat mengatur anaknya dalam segala hal dan akan marah ketika apa yang sudah mereka atur tidak sesuai.
Sebagian orangtua narsistik juga cenderung sensitif dan mudah terpicu emosinya yang disebabkan oleh ulah anak.
Misalnya, ketika anak tidak patuh atau si kecil melakukan kesalahan yang tidak dapat diterima di mata orangtua narsistik.