Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda-tanda Trauma Masa Kecil yang Terpendam pada Orang Dewasa

Kompas.com, 24 Oktober 2022, 16:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Trauma masa kecil yang terpendam bisa jadi merupakan coping mechanism yang dilakukan otak kita.

Hal ini membuat kita tidak mengingat pengalaman traumatis tersebut meskipun bukan berarti hilang begitu saja.

Dampaknya mungkin saja dirasakan secara fisik, mental maupun dalam bentuk perilaku sehari-hari.

Baca juga: Trauma Gempa Malang? Begini Cara Orangtua Dampingi Anak Saat Bencana

Sering kali, kondisi ini membuat kita merasa ada hal yang tidak beres di dalam diri namun sulit memahami penyebabnya.

Kaitan trauma dan memori

Otak kita bekerja untuk memproses dan menyimpang ingatan atas setiap kejadian dalam hidup.

Seiring waktu, otak juga memutuskan sendiri mana yang layak disimpan, dihapus, dipendam, atau dikekang.

Hal ini dipengaruhi oleh stres dan ketakutan yang dialami sehingga otak membedakan mana peristiwa yang diingat dengan jelas dan tidak.

Baca juga: Kenapa Kenangan Buruk Lebih Mudah Terngiang di Ingatan?

Ada yang dilupakan sebagai upaya perlindungan diri sehingga kita bisa move on dan melanjutkan hidup.

Namun ada juga yang dilupakan sehingga tidak memberikan bekas negatif yang signifikan.

Di sisi lain, para peneliti juga berpendapat jika kita jarang sekali melupakan trauma yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan bahwa kenangan yang pulih tidak selalu akurat.

Tanda-tanda trauma masa kecil yang terpendam

Trauma masa kecil memberikan dampak emosional pada seseorang hingga dewasa.

Dalam beberapa kasus, penyebabnya tidak diketahui meskipun gejalanya dapat dikenali.

Sering kali, gejalanya akan terjadi atau memburuk ketika kita sedang stres.

Beberapa tanda-tanda trauma masa kecil yang terpendam antara lain:

  • Reaksi berlebihan

Kita mungkin merasa tidak aman di dekat orang yang baru dikenal karena mengingatkan pada seseorang di masa lalu yang menyebabkan trauma.

  • Kecemasan

Pertengkaran orangtua bisa memicu trauma masa kecil pada anak yang terpendam hingga dewasa.Pexels/ Rodnae Production Pertengkaran orangtua bisa memicu trauma masa kecil pada anak yang terpendam hingga dewasa.
Trauma masa kecil memicu risiko kecemasan akibat tubuh bereaksi dengan mengalirkan adrenalin.

Mekanisme ini sebagai upaya otak untuk menyuruh kita melawan atau meninggalkan situasi yang tidak nyaman itu.

Hal ini biasanya dibarengi dengan peningkatan detak jantung dan perasaan mual.

Baca juga: Trauma Masa Kecil Picu Toxic Relationship Johnny Depp dan Amber Heard

  • Reaksi kekanak-kanakan

Gejalanya seperti berbicara dengan suara seperti anak kecil, menunjukkan sikap keras kepala, dan memiliki ledakan emosi yang sulit untuk dikendalikan.

  • Ketidakmampuan untuk mengatasi perubahan

Berada di luar zona nyaman memicu perubahan emosi yang ekstrem secara terus-menerus sehingga mengganggu kehidupan atau hubungan sehari-hari.

Mungkin saja ada pengalaman buruk di masa kecil yang menjadi penyebabnya.

  • Perubahan suasana hati yang intens

Orang dengan trauma masa kecil bisa jadi memiliki emosi yang tidak terkontrol atau malah mati rasa.

Beberapa juga merasa sulit untuk mengidentifikasi mengapa mereka merasa mudah tersinggung, stres, atau marah.

Baca juga: 5 Bahaya Trauma pada Remaja

  • Tempat-tempat tertentu membuat tidak nyaman

Fobia sering kali dianggap sama dengan rasa takut. Padahal keduanya sangat berbeda.FREEPIK/MASTER1305 Fobia sering kali dianggap sama dengan rasa takut. Padahal keduanya sangat berbeda.
Bau, suara, lingkungan, pemandangan, atau sensasi tertentu dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Misalnya, ketika berada di lift, ruang kecil serupa lainnya dapat menyebabkan kecemasan atau kepanikan.

Baca juga: Cara Sikapi Turbulensi di Pesawat Agar Tak Picu Trauma

  • Harga diri rendah

Masalah harga diri bisa jadi perwujudan ketakutan dihakimi, takut tidak bisa menyenangkan orang lain, tidak memiliki batasan pribadi atau kurang apresiasi diri.

Frustrasi, kecemasan sosial, dan ketidakpercayaan juga dapat terjadi dengan kondisi ini.

  • Sakit atau menderita penyakit kronis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan trauma masa kanak-kanak awal mungkin rentan untuk mengembangkan rasa sakit atau penyakit kronis di kemudian hari.

Baca juga: Trauma dan Kekerasan Masa Kecil Tingkatkan Risiko Sakit Jantung

  • Masalah pengabaian

Dalam banyak kasus, orang yang seharusnya mengasuh anak justru malah menyakiti.

Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam pengembangan kepercayaan yang mengarah pada rasa takut ditinggalkan.

Baca juga: Trauma Masa Kecil Pengaruhi Cara Kita Mengatasi Konflik dalam Hubungan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau