Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Kebiasaan yang Bisa Jadi Tanda Eating Disorder

Kompas.com - 15/11/2022, 07:19 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Eat This

KOMPAS.com - Ada beberapa kebiasaan makan yang dijalani oleh banyak orang demi tubuh terlihat lebih langsing namun sebenarnya berdampak buruk pada kesehatan mental.

Mereka juga kerap melakukannya atas nama gaya hidup sehat meskipun malah menjadi gejala awal gangguan makanan.

Pada sejumlah orang, eating disorder memang lebih mudah terjadi karena pola pikir yang berkaitan dengan perilaku makan tersebut.

Baca juga: 6 Jenis Eating Disorder, Kenali Gejalanya agar Cepat Tertangani

Berdasarkan pengamatan para ahli, ada beberapa kebiasaan yang bisa jadi tanda gangguan makan dalam diri kita.

Apa saja?

Sengaja melewatkan jam makan

Melewatkan makan, atau menjadikan minuman non-kalori sebagai pengganti makanan untuk "menghemat" kalori, mungkin merupakan tanda perilaku tidak teratur yang lebih serius.

Contohnya adalah terus-menerus melewatkan sarapan dan hanya minum kopi.

Baca juga: 5 Menu Sarapan yang Bantu Kurangi Lemak Visceral

Kebiasaan ini juga cenderung meningkatkan rasa lapar dan memicu keinginan makan di waktu berbeda sehingga lebih sulit mengontrol asupan nutrisi kita.

"Salah satu kebiasaan makan yang tidak teratur adalah menghindari makanan tertentu untuk mengimbangi apa yang Anda makan di awal hari," kata Kayley Myers MS.

"Ini biasanya didorong oleh aturan tentang apa yang 'harus' kita makan daripada pengalaman internal kita," tambahnya.

Menghitung kalori secara obsesif

Menghitung kalori terus-menerus dan cemas dengan jumlahnya dari setiap asupan yang kita nikmati bisa jadi tanda eating disorder.

Saat ini memang ada banyak metode yang mudah diterapkan termasuk menggunakan aplikasi untuk menghitung jumlah kalori kita.

Baca juga: Menghitung Kalori Sebelum Makan Tak Selamanya Baik

Namun jika kerap menghitung kalori dalam makanan yang sudah memiliki sedikit kalori seperti mustard, rempah-rempah, atau saus pedas dapat menunjukkan adanya masalah dalam kebiasaan ini.

Terobsesi dengan kualitas makanan

Ilustrasi makanan sehatDok. Pexels/Polina Tankilevitch Ilustrasi makanan sehat
Ada jenis eating disorder baru yang disebut orthorexia yakni perilaku yang makan sehat secara konsisten dan terlihat sangat sehat serta bergizi seimbang dalam pilihan menunya.

Namun, secara internal, mereka memiliki banyak stres dan kecemasan seputar pilihan makanan mereka yang "bersih" sehingga memengaruhi kesehatan mental mereka.

Gangguan makan ini semakin rentan dengan berbagai video di media sosial soal asupan harian orang-orang.

Baca juga: 5 Selebritas Wanita yang Pernah Mengidap Eating Disorder

"Fokus atau obsesi yang berlebihan terhadap makan 'bersih' dapat menjadi bentuk gangguan makan atau kemungkinan orthorexia," kata Mandy Tyler, M.Ed, konsultan diet asal San Antonio.

"Apa yang dimulai sebagai keinginan untuk makan makanan yang sehat dapat meningkat menjadi penghapusan banyak makanan yang tidak memenuhi definisi individu tentang 'sehat' atau 'bersih.'"

Hanya bergantung pada makanan yang dianggap aman

Ada banyak alasan seseorang merasa makanannya tidak aman misalnya kepekaan terhadap asupan tersebut atau pemahaman soal dampaknya pada kesehatan.

Orang-orang dengan sindrom iritasi usus besar, atau IBS, sering melaporkan ketakutan akan makanan karena reaksi gastrointestinal.

Andrea Senchuk, RD, MHSc, ahli diet terlatih Monash, menerangkan IBS memiliki gejala yang berfluktuasi, tidak ada obatnya sehingga memicu kekhawatiran tersendiri.

Baca juga: 7 Makanan Sehat yang Ramah untuk Penderita Gerd

"Jadi, tidak mengherankan bahwa dalam upaya mereka untuk mengatasi gejala pencernaan yang tak henti-hentinya, banyak orang dengan IBS mengembangkan perilaku makan yang tidak teratur," jelasnya.

"Didorong oleh rasa takut akan kram yang menyakitkan, gas yang memalukan, diare yang mendesak, atau sembelit selama berhari-hari, beberapa penderita IBS mungkin makan terlalu sedikit, melewatkan makan, atau dengan kaku berpegang pada daftar pendek makanan 'aman'," urainya lagi.

Perasaan bersalah ketika makan

makan berlebihanSVRSLYIMAGE makan berlebihan
Rasa bersalah pada makanan, atau memandangnya sebagai hal buruk dapat memicu gangguan tersendiri.

Hal ini membuat kita cenderung merasa sangat bersalah dan malu setelah makan.

Biasanya ini disebabkan oleh aturan yang dibuat sendiri dan sewenang-wenang seputar makanan yang tidak berakar pada sains.

"Tersandung rasa bersalah bisa datang karena Anda makan makanan melewati waktu tertentu dalam sehari atau merasa lebih cemas karena Anda lapar saat belum waktunya," kata KeyVion Miller RDN, LDN, ahli diet & ahli gizi kuliner.

"Kadang upaya untuk menurunkan berat badan atau melakukan apa yang kita rasa 'lebih sehat,' kita mengabaikan kesehatan mental kita," pesannya.

Baca juga: 5 Kebiasaan Makan Buruk yang Bikin Berat Badan Gampang Naik

Mengurangi seluruh jenis makanan tertentu

Mayoritas orang, dengan pengecualian kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya menerapkan keseimbangan nutrisi dalam makanannya.

Ketika menghilangkan atau memotong seluruh kelompok makanan tertentu, kita sering merasa lebih dibatasi dan lebih mungkin untuk makan berlebihan nanti.

"Menghilangkan atau sangat membatasi seluruh kelompok makanan karena takut berdampak negatif pada berat badan atau menyebabkan kesehatan yang buruk adalah bentuk gangguan makan," jelas Kim Arnold, RDN dari Enlitened Nutrition.

"Saya sering melihat ini dengan karbohidrat dan gula. Ada banyak karbohidrat yang memberikan nutrisi berkualitas. dan energi serta dapat mendukung berat badan yang sehat," tambahnya.

Menurutnya, semua makanan bisa dikonsumsi asalkan tidak jumlahnya tidak ekstrem.

Baca juga: 56 Nama Lain Gula dalam Kemasan Makanan, Ini Daftarnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com