KOMPAS.com - Membuat resolusi tahun baru adalah kebiasaan rutin, yang tak jarang ditularkan orangtua kepada anak-anak.
Hal ini dipandang sebagai target agar kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan pencapaian yang berbeda.
Resolusi tahun baru biasanya berisi tujuan yang ini diraih selama tahun mendatang meskipun kadang hanya sekedar jadi angan-angan.
Baca juga: Sejarah Resolusi Tahun Baru, dari Mana Asalnya?
Bagi beberapa orang, resolusi juga adalah gambaran kegagalan dan rasa tidak puas terhadap dirinya sendiri di tahun sebelumnya.
Jadi, apakah kebiasaan ini baik diajarkan kepada anak?
Sean Tams, seorang psikolog anak di Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio, mengatakan ada perbedaan antara tujuan dan resolusi tahun baru, serta penting untuk menjelaskannya kepada anak.
“Tujuan sangat penting bagi manusia — termasuk anak-anak dan remaja — karena membantu memotivasi perilaku kita," terangnya.
"Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya, atau pada akhirnya mencapainya, membuat kita merasa senang karena rasa pencapaian yang kita alami,” katanya.
Baca juga: Kiat Menyusun Resolusi Tahun Baru Secara Bijaksana
Hanya saja, resolusi yang dibuat berdasarkan rasa tidak puas diri, seperti hidup kurang sehat atau kurang sukses, dapat menyebabkan perasaan cemas atau tidak berharga.
Sudut pandang ini yang penting agar tradisi resolusi tahun baru tidak berdampak buruk pada kesehatan mental anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.