Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Nasihat Sebelum Menikah

Kompas.com - 24/01/2023, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BARU-Baru ini, masyarakat dikejutkan dengan dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa aktris sekaligus politisi Venna Melinda. "Drama" KDRT yang dialaminya viral di ranah maya.

Sebelumnya, pasangan Lesty Kejora juga tidak kalah menggegerkan ketika mengalami hal yang sama. Dua kasus KDRT selebritas tersebut agaknya ibarat gunung es.

Baca juga: Venna Melinda Bantah Rujuk dan Cabut Laporan Ferry Irawan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterbitkan tahun 2022, ada 447.743 kasus perceraian pada tahun 2021. Angka itu  menunjukkan peningkatan 53,5 persen dari tahun sebelumnya, yakni mencapai 291.677 kasus. Hal  itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perceraian tertinggi di Asia. 

Menurut sejumlah riset, penyebab utama yang memicu perceraian antara lain perselisihan dan pertengkaran, masalah ekonomi, KDRT, mabuk, dihukum penjara, judi, poligami, zina, kawin paksa, cacat badan.

Maraknya kasus KDRT dan melonjaknya angka perceraian dari masa ke masa menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yang ingin membangun bahtera rumah tangga. Karena cinta saja tidak cukup untuk melanggengkan perkawinan tanpa diiringi oleh persiapan yang matang. 

Pahami Sejumlah Hal 

Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu dipahami ketika memilih "belahan jiwa", agar pernikahan yang kita bangun dapat langgeng hingga maut memisahkan. 

Pertama, pasangan kita tidak akan selalu melengkapi kita. Sangat penting bagi kita untuk fokus pada diri sendiri, bukan dengan cara yang egois, bukan dengan cara mengabaikan pasangan, tetapi dengan cara bahwa menjaga diri sendiri akan membantu kita membawa diri dengan baik ke dalam hubungan kita.  Pasangan harus bisa memiliki keseimbangan antara keterpisahan dan kebersamaan.

Kedua, menyesuaikan ekspektasi dalam pernikahan. Kita mungkin menginginkan banyak hal dari satu pasangan kita: pendamping, mitra meraih kesuksesan, kekasih yang romantis, orang tua yang baik, teman curhat yang pas dan banyak lagi. Tak ada salahnya memiliki harapan tinggi.

Baca juga: Mempersiapkan Anak Hadapi Perceraian Orangtua

Namun yang paling penting sebelum kita menikah; kita perlu mengutarakan harapan-harapan itu kepada calon pasangan. Karena sebagian besar percekcokan yang berujung perceraian diawali dari tidak bertemunya ekspektasi masing-masing pihak. 

Ketiga, memaknai cinta. Kita memang bisa berikhtiar untuk menemukan pasangan paling sempurna versi diri sendiri. Namun, kita perlu menyadari bahwa ada momen-momen ketika merasa tidak selaras atau tidak jatuh cinta.

Di situlah sangat penting untuk mengingat lagi nilai-nilai yang kita identifikasi sebagai pasangan, daripada mencoba mengikuti perasaan yang menurut kita seharusnya kita miliki.

Penelitian psikolog John Gottman menemukan rasio "ajaib" 5 banding 1 di antara pasangan yang sehat, yaitu untuk setiap satu interaksi negatif selama konflik, orang-orang dalam pernikahan yang stabil dan bahagia memiliki lima interaksi positif atau lebih. 

Kepositifan itu penting. Sangat penting untuk merasa berada di tempat yang baik, dan itu pasti ditunjukkan melalui tindakan kecil untuk mengekspresikan cinta.  Mengekspresikan cita tidak harus melalui hal-hal yang muluk-muluk seperti merencanakan keliling dunia atau menghabiskan milaran rupiah untuk menghadiahi pasangan.

Tetapi kita memulainya dengan hal-hal sederhana seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, meringankan beban pasangan atau sekadar memberikan ciuman. 

Keempat, hubungan dengan keluarga besar pasangan. Bagaimana pasangan kita bergaul dengan keluarganya? Apakah mereka dekat atau jauh? Apakah ada konflik?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com