Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbanyak Tertawa agar Kesehatan Fisik dan Mental Tetap Terjaga

Kompas.com - Diperbarui 30/01/2023, 06:24 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Tertawa bisa menjadi cara yang mudah dan murah untuk menjaga kesehatan.

Natalie Dattilo, psikologi di Departemen Psikiatri Harvard Medical School mengatakan tertawa memiliki banyak manfaat.

Misalnya membuat perasaan kita menjadi lebih baik, mendekatkan orang lain, meringankan stres di tempat kerja bahkan membantu penderita depresi menjaga kondisinya.

Baca juga: Dilarang Tertawa, Melipat Koran dan Beragam Aturan Ajaib Kim Jong Un

“Perawatan kesehatan itu mahal,” ujarnya, yang juga mantan direktur psikologi di Brigham and Women's Hospital.

“Jika kita dapat menemukan alat yang sederhana seperti tawa, yang sebagian besar gratis, tanpa efek samping dan tanpa kontraindikasi, itu akan sangat bagus.”

Manfaat tertawa untuk kesehatan

Tidak ada yang tahu persis alasan manusia tertawa, meskipun ada kecurigaan bahwa itu melakukan fungsi ikatan dan sosial yang penting dalam kelompok manusia purba.

Namun secara psikologis, tertawa meningkatkan suasana hati segera dan menurunkan stres dan kecemasan.

Secara fisik, tertawa menurunkan kadar kortisol, hormon stres, sekaligus meningkatkan neurotransmiter dopamin dan serotonin yang "merasa nyaman".

Tertawa juga meningkatkan endorfin, yang memiliki efek penghilang rasa sakit, yang telah dibuktikan dalam riset pula.

Baca juga: 8 Aktivitas yang Bisa Tingkatkan Endorfin, Si Hormon Bahagia

Pada tahun 2020, sekelompok peneliti Brasil dan Kanada melakukan analisis terhadap 21 studi tentang dampak badut rumah sakit pada lebih dari 1.600 anak dan remaja yang menderita berbagai gejala, termasuk kecemasan, nyeri, stres, kelelahan terkait kanker, dan tangisan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa anak-anak yang terpapar dengan pelawak riang secara signifikan kurang cemas selama prosedur medis berikutnya, terlepas dari apakah orangtua hadir, dan mengalami peningkatan kesejahteraan psikologis.

Ilustrasi tertawa.Shutterstock Ilustrasi tertawa.
Penelitian Harvard Medical School dan Rumah Sakit Umum Massachusetts di tahun 2004 berusaha melacak efek psikologis dan fisiologis dari tawa sekaligus dampak interpersonalnya.

Dalam riset yang melacak konduktansi kulit dan keringat pada psikiater dan pasien yang dirawat karena gangguan suasana hati seperti kecemasan dan depresi, ditemukan bahwa tawa adalah hal biasa, terlepas dari topik yang suram.

Rata-rata ada 15 tawa selama 50 menit yang mereka habiskan bersama.

Baca juga: Ketahui 8 Fakta Menarik tentang Tertawa

Pasien tertawa dua kali lebih banyak daripada psikiater, tetapi bahkan ketika hanya satu yang tertawa, keduanya menunjukkan peningkatan aktivitas sistem saraf yang mengontrol tekanan darah dan detak jantung.

Namun, ketika keduanya tertawa bersama, gairah itu jauh lebih tinggi.

Tawa yang menular adalah tanda bahwa emosi yang diungkapkan dianggap sah. Hal ini juga menunjukkan bahwa pasien mengungkapkan lebih dari apa yang dikatakan.

Sementara itu,Dattilo menggunakan tawa untuk mengobati penderita depresi melalui pendekatan berbasis perilaku dan non-pengobatan.

“Kerangka kerja yang saya gunakan mencakup hal-hal seperti olahraga dan kualitas tidur yang alami; hubungan sosial, hal-hal seperti praktik syukur — ini semua hal yang kami tahu berhasil," terang Dattilo.

“Tawa adalah salah satu alat utama yang saya gunakan untuk membantu orang mengaktifkan pusat kesenangan dan penghargaan di otak," tambahnya.

Hal ini terbukti mampu membuat mereka memandang kehidupan dengan cara yang menyenangkan.

Baca juga: Usir Cemas dengan Terapi Tertawa

Orang dewasa tidak tertawa sebanyak anak-anak

Ilustrasi anak-anak bermain di luar rumahThinkstock/gpointstudio Ilustrasi anak-anak bermain di luar rumah
Datillo juga menambahkan jika metode tertawa itu adalah upaya untuk menemukan apa yang telah hilang bagi banyak dari kita karena dipaksa untuk “tumbuh”.

“Sebagai orang dewasa, kita tidak tertawa sebanyak dulu," katanya.

Menurutnya, ada gagasan jika orang dewasa bisa bersenang-senang, bermain atau meluangkan waktu untuk hal yang dianggap hadiah, termasuk tertawa, jika pekerjaan atau tugas yang kita lakukan selesai.

"Tapi pekerjaan itu tidak pernah selesai," tandas Datillo.

Oleh sebab itu, ia menyarankan kita untuk  lebih banyak tertawa untuk merasakan berbagai manfaatnya.

Ia sendiri menyelenggarakan sesi berbasis sainsnya tentang tertawa sebagai faktor pengikat, penyembuhan, dan peningkat kreativitas di tempat kerja.

Baca juga: Tertawa Bisa Bikin Kerja Lebih Produktif, Apa Alasannya?

“Ketika Anda tidak secara teratur mengaktifkan pusat kesenangan/penghargaan di otak, mereka akan offline. Jadi, untuk merasa baik, kita harus berlatih merasa baik. Dan tertawa adalah salah satu cara yang paling hemat biaya untuk melakukannya.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com