Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendarahan Vagina Setelah Melakukan Hubungan Seks, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 26/06/2023, 21:00 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Mengalami pendarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual memang bukanlah hal aneh bagi banyak orang.

Bahkan menurut sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Menopausal Medicine, hampir 63 persen perempuan yang memasuki masa postmenopausal mengalami kondisi vagina kering dan pendarahan vagina saat melakukan hubungan seksual.

Selain itu, hingga sembilan persen perempuan yang mengalami menstruasi mengalami pendarahan postcoital (pendarahan setelah berhubungan seksual).

Memang, pendarahan ringan umumnya bukan masalah. Kendati demikian, jika memiliki beberapa faktor risiko atau telah memasuki menopause, pendarahan setelah berhubungan seks perlu dikonsultasikan dengan dokter.

Sumber pendarahan postcoital pada perempuan yang lebih muda dan mereka yang telah memasuki masa menopause pun berbeda.

Baca juga: Pendarahan Vagina Selama Kehamilan, Penyebab dan Penanganannya

Dikutip dari Healthline, pendarahan pada mereka yang belum memasuki masa menopause biasanya bersumber dari serviks alias leher rahim.

Sementara itu, pada mereka yang telah mengalami menopause, sumber pendarahan bisa lebih bervariasi, seperti berikut ini:

  • serviks
  • rahim
  • labia
  • uretra

Lalu dari segi penyebab, biasanya perdarahan postcoital disebabkan oleh kondisi umum, seperti berikut ini.

Vagina kering

Vagina kering yang biasanya merupakan gejala menopause dapat menyebabkan pendarahan. Namun, ada faktor lain yang dapat menyebabkan vagina kering, seperti:

  • melakukan hubungan intim sebelum terangsang sepenuhnya
  • gesekan saat berhubungan intim
  • bahan kimia dalam produk kebersihan wanita, deterjen, dan kolam renang
  • menyusui
  • persalinan
  • obat-obatan tertentu, termasuk obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat anti-estrogen
  • Diangkatnya induk telur
  • kemoterapi dan terapi radiasi

Selain itu, sindrom Sjögren, sebuah penyakit radang yang menyerang sistem kekebalan tubuh dapat mengurangi kelembapan yang dihasilkan oleh kelenjar dalam tubuh, sehingga mengakibatkan vagina kering.

Baca juga: 7 Sebab Perdarahan Vagina Usai Seks, Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks

Infeksi

Beberapa infeksi dapat menyebabkan peradangan jaringan vagina yang memicu pendarahan. Berikut contohnya:

  • penyakit radang panggul (PID), infeksi pada organ reproduksi di perut bagian bawah yang meliputi saluran tuba, ovarium, leher rahim, dan rahim
  • infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia
  • servisitis, peradangan pada serviks yang terjadi akibat infeksi
  • vulvovaginitis, yaitu peradangan pada vulva dan vagina yang sering terjadi akibat infeksi

Erosi serviks

Erosi serviks merupakan kondisi yang terjadi saat jenis sel yang umumnya tumbuh di dalam serviks menjadi tumbuh di bagian luarnya, dan bisa memicu peradangan.

Kondisi yang juga dikenal dengan nama cervical ectopy atau cervical eversion, juga disebabkan oleh tingginya kadar estrogen, hormon yang bertanggung jawab dalam mengatur sistem reproduksi.

Kendati demikian, kondisi ini dianggap tidak berbahaya dan dapat terjadi dengan sendirinya, serta biasanya terjadi pada orang-orang di bawah ini:

  • remaja
  • ibu hamil
  • orang yang menggunakan kontrasepsi hormonal
  • orang yang sedang menstruasi

Genitourinary syndrome of menopause (GSM)

GSM atau atrofi vagina merupakan kondisi yang umumnya terjadi pada mereka yang memasuki usia perimenopause dan menopause atau mereka yang indung telurnya diangkat.

Perlu diingat, seiring bertambahnya usia, terutama ketika kita mulai berhenti menstruasi, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen.

Lalu saaat kadar estrogen lebih rendah, beberapa hal pun akan terjadi pada vagina, termasuk menghasilkan lebih sedikit pelumas vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.

Bukan hanya itu. Tingkat estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas vagina, membuat jaringan vagina menjadi lebih rapuh, aliran darah berkurang, serta lebih rentan robek dan iritasi.

Akibatnya, saat berhubungan seks, bisa timbul rasa ketidaknyamanan, rasa sakit, dan pendarahan.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Vagina yang Perlu Dipahami Perempuan

Polip

Polip adalah pertumbuhan sel non-kanker yang biasa ditemukan di serviks atau di lapisan endometrium rahim.

Polip sendiri memiliki bentuk menjuntai seperti liontin bundar di rantai dan gerakannya dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya serta menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil.

Robeknya vagina

Berhubungan seks, terutama seks yang kasar, dapat menyebabkan luka kecil atau goresan pada vagina.

Hal ini lebih mungkin terjadi jika kita mengalami kekeringan pada vagina karena menopause, menyusui, atau faktor lainnya.

Kanker

Pendarahan vagina, terutama pendaragan setelah melakukan hubungan seksual merupakan gejala umum kanker serviks atau vagina.

Bahkan faktanya, sebuah ulasan yang diterbitkan pada tahun 2021 di The Obstetrician & Gynaecologist menemukan bahwa perempuan yang mengalami pendarahan postcoital menderita kanker serviks.

Baca juga: Risiko Ratus untuk Kesehatan Vagina, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com