Penulis
“Jika Anda melihat iklan atau promosi, mereka sering mendorong orang untuk beralih ke makanan sebagai sesuatu yang menenangkan,” kata Dr. Albers.
“Makanan juga sesuatu yang tersedia 24/7. Kita dapat meraihnya setiap saat sepanjang hari. Jadi ketika kita merasa stres, sangat mudah untuk langsung menuju makanan.”
Seorang emotional eater bisa dikenali lewat berbagai tanda-tanda berikut ini:
Kelaparan fisik berkembang perlahan seiring waktu namun faktor emosional menjadikannya hal yang mendadak dan tak tertahankan.
“Anda berkata, 'Saya perlu makan sesuatu. Saya butuh cokelat.’ kata Dr. Albers.
Baca juga: Alasan Tubuh Selalu Mengidam Makanan Manis
Mengidam makanan tertentu saja
Rasa mengidam seorang emotional eater juga terbatas pada makanan tertentu saja.
“Jika Anda berkata pada diri sendiri, 'Saya tidak ingin makan sesuatu hanya karena saya lapar. Saya ingin cokelat, dan hanya itu yang akan memuaskan saya, 'ini adalah tanda bahaya dari emotional eater, ” terang Dr. Albers.
Tanda lain dari emotional eater adalah makan berlebihan agar perasaannya menjadi lebih baik atau pusa.
"Tidak peduli berapa banyak mereka makan, itu tidak pernah benar-benar membawa mereka ke perasaan itu sampai mereka merasa sakit atau terlalu kenyang dan kemudian berhenti makan,” kata Dr. Albers.
Baca juga: 3 Dampak Buruk Emotional Eating dan Cara Mengatasinya
Namun ketika makan, mereka tetap berharap mendapatkan sensasi yang berbeda dan mengubah kondisi emosionalnya.
Merasa tertekan secara emosional, seperti malu atau bersalah, atas kebiasaan makan kita adalah tanda lain emotional eater.
Baca juga: Kebiasaan Makan Malam Bikin Gemuk, Mitos atau Fakta?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang