Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Hormon Cinta di Balik Pengantin Wanita yang Kabur dengan Mantan

Kompas.com - 16/07/2023, 07:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Norepinefrin adalah hormon yang juga berperan sebagai neurotransmiter. Hormon ini dapat membuat kita bahagia hanya jika dikeluarkan dalam jumlah sedikit.

Saat kita stres dan cemas, norepinefrin akan dikeluarkan dalam jumlah banyak, membuat jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah meningkat, dan pernapasan juga lebih cepat.

Ini mungkin yang membuat jantung kita berdebar-debar saat kita melihat seseorang yang kita puja dan kagumi.

Hal menarik, tubuh manusia mengingat rasa nyaman yang dirasakan saat hormon-hormon yang terkait dengan jatuh cinta itu muncul.

Bayangkan jika kita menjalin hubungan dalam waktu lama, dengan seseorang yang kita cintai, maka untuk sekian lama tubuh kita telah merasakan berbagai rasa nyaman tersebut saat hormon-hormon itu dikeluarkan.

Hormon-hormon ini dapat membangun "jalur saraf kebahagiaan" di otak kita. Ketika kita melihat atau memikirkan orang yang kita cintai, jalur saraf ini akan aktif dan melepaskan kembali hormon-hormon tersebut.

Jalur-jalur saraf inilah yang membentuk harapan, kenangan, kebahagiaan, ingatan, dan rasa berbunga-bunga yang ada saat jatuh cinta.

Jalur saraf kebahagian ini dibangun oleh waktu dan intensitas. Semakin lama hubungan yang terjadi, maka jalur-jalur saraf kebahagiaan ini semakin banyak.

Semakin banyak terjadi peristiwa yang bermakna, maka jalur saraf seperti ini juga akan semakin banyak.

Jika hubungan intim kita dengan seseorang tidak cukup lama, maka tidak akan banyak jalur-jalur saraf kebahagiaan yang terbangun. Situasi seperti ini akan membuat orang mudah move on.

Sebaliknya jika hubungan sebelumnya telah berlangsung lama, serta dibumbui dengan berbagai peristiwa bermakna, maka akan lebih sulit untuk move on.

Semakin lama kita menjalin hubungan dengan mantan, semakin besar harapan yang pernah kita sematkan, dan semakin banyak peristiwa bermakna yang telah dilalui bersama, maka semakin sulit kita untuk move on.

Akan sangat menyakitkan jika harus menghancurkan berbagai jalur kebahagiaan yang sudah ada; maka akan lebih baik jika kita fokus membangun jalur-jalur kebahagiaan yang baru.

Mustahil untuk menghilangkan semua kenangan akan orang-orang yang pernah singgah dalam otak kita, tetapi tidak mustahil untuk kita membangun ingatan-ingatan baru yang lebih bermakna.

Kisah pengantin wanita yang kabur dengan mantan memberi pelajaran. Pertama, menikah tidak selalu terkait dengan cinta.

Kedua, komitmen untuk membangun hubungan intim dengan orang baru perlu dibangun dalam jangka waktu "lama" dan disokong oleh harapan dan berbagai peristiwa bermakna.

Ketiga, karena "lama", harapan, dan makna itu sangat subyektif bagi setiap orang, maka keikhlasan dan kemauan seseorang untuk melepaskan mantan akan sangat menentukan keberhasilan move on.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com