Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai "Tinder Swindler Indonesia", Ini Caranya Mengenali Profil Palsu di Aplikasi Kencan

Kompas.com - 24/08/2023, 11:20 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Kasus Tinder Swindler Indonesia kembali marak jadi pemberitaan.

Sejumlah perempuan mengaku jadi korban laki-laki yang dijumpainya di aplikasi kencan itu.

Tak hanya hati yang terluka, mereka juga harus mengalami kerugian finansial yang jumlahnya tidak sedikit.

Baca juga: Cara Tinder Swindler Indonesia Jerat Korban: Bangun Kepercayaan Usai Selidiki Latar Belakang Target

Penipu asmara alias Tinder Swindler memang menjadi salah satu hal yang harus diwaspadai para perempuan saat mencari pasangan secara online.

Cara mengenali profil palsu agar terhindar dari Tinder Swindler

Para Tinder Swindler menjerat korbannya berbekal profil palsu yang menawan.

Setelah berkenalan, mereka memberikan berbagai janji yang menipu baik soal status hubungan, kekayaan maupun hal yang menjurus kriminal.

Oleh sebab itu, sedari awal kita dianjurkan untuk lebih jeli mengenali profil palsu para penipu cinta ini.

Baca juga: Penipu “Tinder Swindler Indonesia” Tak Segan Incar Wanita Berpendidikan, Korban: Yang Penting Bucin

Berikut tipsnya

Tidak konsisten atau kurang informasi dan foto di profil

Ciri pertama profil palsu adalah deskripsi diri yang minim, misalnya hanya mengisi informasi dasar seperti nama, umur, dan lokasi tanpa petunjuk lain.

Penipu juga cenderung mengunggah foto yang sangat terbatas dan 'direkayasa' yang dicuri dari pengguna lain atau ditemukan di Google.

Gambar yang tidak jelas dan buram juga mengindikasikan profil yang meragukan.

Baca juga: Tinder Swindler Indonesia Viral, Awas Jebakan Catfishing

Para penipu di Tinder juga biasanya kerap memiliki berbagai tata bahasa atau kutipan inspiratif yang berlebihan atau ajakan untuk mengeklik tautan malware.

Tidak realistis

Aplikasi kencan online seperti Tinder sering menjadi tempat untuk mencari kenalan maupun pasangan seriusPexels/ Cotton Bro Aplikasi kencan online seperti Tinder sering menjadi tempat untuk mencari kenalan maupun pasangan serius
Sosok yang terlihat berlebihan sehingga tidak realistis juga bisa jadi penipu di Tinder.

Contohnya, memiliki karier yang hebat, sering berlibur, kaya raya, dan aspek tidak realistis lainnya.

Baca juga: Tak Cuma Tampang, Apa yang Bikin Wanita Tertipu di Aplikasi Kencan?

Ini semua hanyalah kedok untuk memikat orang yang tidak menaruh curiga untuk mendapatkan korbannya.

Kita bisa memastikannya untuk mencari orang tersebut di LinkedIn, Facebook, Instagram, atau Google untuk memastikan kredibilitasnya.

Jika ada foto yang meragukan, cukup melakukan pencarian gambar di Google untuk tahu soal detail dan penggunannya.

Ingin mendapatkan informasi pribadi kita

Penipu di Tinder enggan berbasa-basi sehingga mereka biasanya akan langsung menanyakan nomor telepon, alamat email, atau tempat tinggal kita.

Hal ini bisa dijadikan bahan untuk penipuan atau tindakan kriminal lain.

Baca juga: Pahami, Informasi yang Dikategorikan sebagai Data Pribadi

Percakapan terasa tidak normal

Dampak emosional pandemi membuat para Gen Z pengguna Tinder menjadi lebih terbuka. Misalnya, terlihat dari peningkatan sebesar 550 persen dalam hal penggunaan kata ?cintai diri sendiri? atau ?self-love? pada bio Tinder pengguna di Indonesia.SHUTTERSTOCK Dampak emosional pandemi membuat para Gen Z pengguna Tinder menjadi lebih terbuka. Misalnya, terlihat dari peningkatan sebesar 550 persen dalam hal penggunaan kata ?cintai diri sendiri? atau ?self-love? pada bio Tinder pengguna di Indonesia.
Sejumlah kasus Tinder Swindler juga dibantu dengan bot sehingga percakapan yang terbangun tidak alami.

Terdapat kesalahan tata bahasa dan ejaan, tanggapan yang aneh dan ketidakkonsistenan yang menandakan profil Tinder itu palsu.

Mereka juga mungkin meneruskan tautan yang berbahaya karena mengandung phishing atau scam.

Untuk memastikannya, tanyakan hal yang sangat spesifik.

Baca juga: 10 Tips Memulai Percakapan Tinder Tanpa Rasa Canggung

Tidak memiliki media sosial lainnya

Para penipu di Tinder biasanya tidak akan menautkan halaman media sosialnya ke profil palsu yang dibangunnya.

Jadi perhatikan apakah akun tersebut cukup mendukung atau hanya sekadar umpan belaka.

Selalu cari tautan media sosial dan periksa apakahmemiliki foto asli dan keterangan yang meyakinkan.

Baca juga: Penipu Tinder Swindler Indonesia Diduga Lakukan Victim Profiling Sebelum Jerat Korban

Periksa juga apakah jumlah pengikutnya benar atau bot palsu belaka.

Terakhir, cari foto dan aktivitas yang diberi tag bersama teman.

Sulit menerima telepon atau video call

Selamatkan diri dari penipuan Tinder dengan melakukan panggilan telepon atau obrolan video.

Para Tinder Swindler biasanya akan menolak semua permintaan tersebut meskipun percakapan kita sudah cukup intens.

Jika mereka mengangat telepon, perhatikan kameranya atau suaranya jika mereka memanfaatkan aplikasi untuk mengaburkan identitasnya.

Baca juga: Tinder Sajikan Fitur untuk Lacak Latar Belakang Kriminal Seseorang

Menghujani dengan perhatian untuk mendapatkan kepercayaan

Ilustrasi aplikasi kencan Unsplash Ilustrasi aplikasi kencan
Para penipu akan mencoba memikat kita dengan pesan teks yang romantis, gombal dan berlebihan serta janji-janji surga demi mendapatkan kepercayaan.

Perilaku love bombing ini adalah salah satu modus yang kerap terjadi dan terbukti sukses pada banyak korban.

Baca juga: Love Bombing, Taktik Melenakan Pasangan Seperti di The Tinder Swindler

Banyak juga yang menggunakan konten tidak pantas atau bersifat seksual untuk membujuk korbannya agar memberikan uangnya.

Jadi berhati-hatilah terhadap hal itu.

Jangan sekali-kali bertukar foto atau video intim atau mempercayakan informasi keuangan kita kepada mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com