Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2023, 09:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

 

1. Bersedia mengambil risiko

Hal ini memungkinkan kita untuk mengembangkan permadani pengalaman yang lebih dalam yang membentuk perspektif kita.

"Ketika kita merangkul kebaruan dan variasi, kita menghindari risiko monoton dan pertumbuhan yang terbatas," ungkap Kristen Lee.

2. Tetap terbuka dan tidak menghakimi

Rasa sakit hati dan kekecewaan terkenal karena menekan tombol tempurung kura-kura kita. Kita mundur.

Baca juga: Fokuskan 4 Hal dalam Hidup demi Menambah Kebahagiaan, Apa Saja?

Kita meratapi hal-hal yang tidak adil. Kita bersikap keras terhadap diri kita sendiri.

Sebaliknya, ketika kita tetap terbuka pada pelajaran dalam musim-musim sulit, maka kapasitas kita untuk terus bekerja melalui tantangan.

Kita pun mampu memperdalam sumber daya psikologis, sosial, dan emosional yang berharga seperti belas kasihan diri, pengaturan emosi, dan efektivitas antarpribadi.

3. Jangan "mengerutkan kening"

Kebahagiaan yang terus menerus bisa jadi merupakan tanda bahaya bagi kepositifan yang beracun atau yang disebut Susan David sebagai "tirani emosi positif".

Sebab, tidak ada yang namanya kebahagiaan abadi. Kesedihan, sakit hati, dan kemarahan adalah respons alami terhadap kehidupan.

"Merasa sedih karena merasa tidak enak adalah hal yang tidak produktif," ujar Kristen Lee.

Kebahagiaan bisa sulit dipahami ketika kita membatasi diri kita dengan berpikir bahwa semua harus berjalan dengan baik untuk menjadi baik.

Baca juga: Apa Itu Slow Living dan Manfaatnya untuk Kebahagiaan Diri

Ketika kita bertujuan untuk menjalani kehidupan yang kaya secara psikologis, kita tetap berinvestasi dalam mengejar kekayaan yang mendorong pertumbuhan sejati.

Namun hal itu bukan melalui kebahagiaan yang dangkal, tetapi dengan merangkul permadani pengalaman yang memperkaya perspektif kita dan menambah warna dalam hidup kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com