Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2023, 10:06 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Bertekad untuk memulai perjalanan kesehatan dan penurunan berat badan, Amal Wakim langsung menaruh perhatian pada aspek nutrisi - sambil mengubah perjalanan kesehatannya hingga menemukan solusi yang berkelanjutan.

Kini, bagi Amal Wakim, merayakan transformasi kesehatannya selalu lebih dari sekadar penurunan berat badan.

Melalui perjalanan tanpa mendukung stereotip ketat dan kaku yang terkait dengan pola makan 'sehat', Wakim mengadvokasi pentingnya menyesuaikan pola makan dengan kebutuhan dan preferensi tubuh.

Ide ini adalah untuk mendorong orang lain menyeimbangkan antara nutrisi dan kenikmatan.

Dulu, di usianya yang baru menginjak 16 tahun, dengan berat badan hampir 80 kilogram, Wakim mendapat diagnosis mengejutkan dari dokter, yang memicu tekadnya untuk mengubah gaya hidup.

Baca juga: Lada Hitam hingga Kapulaga, 7 Rempah untuk Turunkan Berat Badan

"Saya diberitahu bahwa saya hampir terkena diabetes," kata dia memulai ceritanya.

"Fakta ini sangat menakutkan bagi seorang remaja, karena hingga saat itu, saya tidak pernah menyadari bahwa saya kelebihan berat badan," sambung dia.

Sejak memulai perjalanan nutrisi dan kebugarannya, Wakim kehilangan berat badan sebanyak 30 kilogram, dan menjadi CEO dari program rencana manajemen berat badan, Equalution.

Meski demikian, perubahan terbesar yang dialaminya -sesungguhnya- jauh melampaui angka pada timbangan.

Apa yang mungkin tidak terlihat dalam foto-foto sebelum dan sesudah Wakim, adalah transformasi signifikan yang dia alami dalam pola pikir dan mentalnya.

"Pengalaman ini memungkinkan saya untuk menyaksikan secara langsung bagaimana rasanya menetapkan tujuan dan mencapainya," kata dia.

"Hal ini menanamkan dalam diri saya rasa pemberdayaan dan keyakinan bahwa saya bisa mengatasi tantangan dalam berbagai aspek kehidupan."

 

Kerja keras dimulai dari piring, bukan di gym

Sangat mudah untuk mengasumsikan bahwa penurunan berat badan akan mengharuskan seseorang menghabiskan waktu di atas treadmill, dan melatih tubuh dengan keras.

Namun, kebiasaan nutrisi dan pola makan seseorang-lah memainkan peran paling penting dalam bagaimana tubuh merespons penurunan berat badan.

Baca juga: 11 Makanan Sehat yang Bisa Bantu Tambah Berat Badan

Pemahaman inilah yang Wakim pelajari sejak awal perjalanan kebugarannya.

Wakim mengaku kurang percaya diri untuk pergi ke gym selama dua tahun pertama dari perbaikan kesehatannya.

Sebagai gantinya, ia memilih untuk berjalan kaki dengan intensitas rendah, dan memfokuskan sebagian besar perhatiannya untuk mengendalikan pola makan.

"Saya bereksperimen dengan berbagai tren diet, termasuk diet shake, paleo, dan lainnya, yang membuat saya merasa frustrasi."

"Saya mengalami siklus kehilangan lima kilogram hanya untuk mendapatkan kembali 10 kilogram," kata Wakim.

Selanjutnya, demi mencari solusi berkelanjutan, Wakim mulai meneliti ilmu pengetahuan di balik nutrisi yang tepat.

Inilah yang memberdayakannya untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan makanan, menikmati diet seimbang, dan mempertahankan penurunan berat badannya selama lebih dari satu dekade.

Namun, perubahan gaya hidup itu tidak terjadi begitu saja dalam waktu semalam. Wakim menceritakan bagaimana kebiasaannya masih jauh dari kata berkelanjutan di masa-masa awal.

"Bertransisi dari pola makan yang tidak terbatas ke pola makan yang lebih terkontrol dan kaku terasa seperti sebuah perubahan yang signifikan," kata Wakim.

"Itu adalah periode yang menantang di mana saya harus menavigasi melalui perasaan kekurangan dan pembatasan, dan kadang-kadang, rasanya seperti diet dan perjalanan transformasi saya menghabiskan hidup saya."

"Gaya hidup seseorang seharusnya tidak didikte oleh pola makan mereka; sebaliknya, pola makan harus beradaptasi dengan gaya hidup mereka," kata Wakim.

Baca juga: 6 Makanan Terbaik untuk Cegah Kenaikan Berat Badan Saat Stres

"Kita tidak perlu mengorbankan pengalaman sosial atau momen-momen makan yang menyenangkan."

"Hal ini sepenuhnya dapat dicapai, dan saya telah belajar untuk mencapai keseimbangan tersebut dari waktu ke waktu," tambah Wakim.

 

Menu makanan harian Wakim

"Keseharian di atas piring saya adalah tentang keseimbangan dan kenikmatan," sebut Wakim

Sarapan: Telur dengan alpukat di atas roti panggang atau granola yoghurt dan semangkuk beri.

Makan siang: Salad tuna atau ayam dengan nasi.

Makanan ringan: Buah-buahan, smoothie protein, popcorn, dll.

Makan malam: Segala santapan yangmengandung banyak karbohidrat. Ini bisa berupa salah satu dari resep pasta, burger atau pizza.

Makanan penutup: Makanan penutup adalah makanan manis. Bisa berupa cokelat atau es krim.

"Dan saya tidak memilih yang bebas gula - saya memilih yang asli," kata Wakim.

Baca juga: Latihan Sambil Berdiri untuk Turunkan Berat Badan di Usia 50-an, Mau?

"Ingatlah bahwa perjalanan setiap individu itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak akan berhasil untuk orang lain," kata Wakim.

"Ini adalah tentang menemukan pendekatan yang sesuai dengan preferensi dan gaya hidup kita."

"Dan yang terpenting, pendekatan demi kesehatan dan kebahagiaan jangka panjang," sambung Wakim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com